Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/10/2013, 17:32 WIB
Rahman Indra

Penulis

 


KOMPAS.com - Di ajang Fashionality 2013 yang berlangsung di Hotel Hilton Bandung, akhir September 2013, suara khas Ratu Novira Duaty (47) kembali terdengar. Meski tak tampil di atas panggung, suaranya dari balik layar masih begitu mudah dikenali.

Sewaktu peragaan busana dimulai Ira duduk di bangku belakang bersama barisan koreografer dan music director. Bagi penonton hanya suaranyalah yang terdengar. Suara tersebut begitu rendah dengan intonasi dan artikulasi yang jelas. Siapapun yang mendengarnya akan berasa tenang.

Usai peragaan, ibu dari dua anak ini mengemasi kertas-kertas yang menjadi skrip panduannya. "Ini pegangan saya kalau lagi voice over, mendampingi peragaan busana," ujarnya lugas sembari tersenyum.

Suara Ira sudah begitu familiar karena ia kerap mendampingi berbagai pekan mode, seperti Jakarta Fashion Week dan Jakarta Fashion dan Food Festival (JFFF). Kadang, tanpa Ira peragaan busana belum berasa lengkap, atau berbeda rasanya.

"Saya mencintai dunia mode, dan siapa mengira kalau akhirnya saya masih tak jauh-jauh dari dunia ini sejak mulai menjajakinya tahun 1987," ungkapnya.

Ira menjadi pemenang Wajah Femina tahun 1987 dan dari sana pintu gerbang dunia mode terbuka lebar. Ia mendapat tawaran untuk ikut pemotretan, tampil di berbagai halaman mode dan berjalan di panggung. Seiring waktu, ia juga mengetahui bahwa dunia mode bukan sekedar pemotretan dan koleksi busana, tapi juga ada riset dan pengembangan kreativitas.

"Pengalaman-pengalaman sebagai model membuat apresiasi saya terhadap budaya Indonesia tumbuh dan makin cinta," ujarnya menambahkan.

Ira mengenang, dulu sewaktu masih jadi model, yang kerap mengisi suara sebelum peragaan adalah ibu Susanti Pudjo. Dia adalah MC fesyen legendaris saat itu, yang membawakan acara dan kreasi desainer dengan sangat bagus. Entah kenapa, kata Ira, ibu Pudjo menghampirinya dan menawarkan untuk belajar menjadi MC.

"Saat itu saya belum tertarik," ujarnya.

Lalu Ira mendapat tawaran untuk jadi presenter program ibu dan anak di salah satu stasiun televisi. Tampil di hadapan kamera jelas berbeda saat harus membawakan busana di atas panggung. Di momen inilah ia kembali terpikir tawaran ibu Pudjo dan mulai belajar.

Tawaran pertama terlibat di dunia fesyen lalu datang dari Ari Tulang sekitar tahun 1999. Katanya, "mau tidak jadi MC untuk peragaan busana?". Saat itu masih ragu sampai kemudian diajak berduet dengan Indra Safera. Itulah pengalaman pertama membawakan acara on stage yang meski gugup dan membuat kesalahan, namun lama kelamaan terasa nyaman.

"Saya terus dipasangkan berdua sama Indra, sampai kemudian ditawari untuk tidak tampil on stage, tapi voice over, di belakang panggung sama koreografer Panca Makmur," kata dia.

Meski namanya di belakang panggung, beban yang diusung lebih berat. Kalau on stage, ada kesalahan bisa diralat dengan ekspresi dan bahasa tubuh. Tidak demikian saat berada di belakang panggung, karena penonton tidak bisa melihat wujud, tapi hanya suara. Maka, dari itu mesti disiasati.

"Untuk voice over, kita berhadapan dengan kertas, pilihan kata-kata yang tepat, kalimatnya tidak boleh terlalu panjang, dan mesti bisa buat emosi penonton senyaman mungkin supaya mereka bisa bertahan untuk duduk lama," tambah dia memberi bocoran.

Sebelum tampil, Ira selalu menyiapkan dengan detil setiap informasi yang akan ditampilkan. Antara lain mengenali desainer dan koleksi busana yang akan diperagakan sampai urutan pembacaan sponsor. Penyampaiannya juga harus dengan intonasi yang terdengar pas di telinga. Pengalaman bertahun-tahun membuatnya terlatih.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com