Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/11/2013, 08:00 WIB

KOMPAS.com – Dahulu, kondisi keuangan yang belum mapan menjadi pertimbangan utama bagi pasangan untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Kini, banyak perempuan yang ragu membangun rumah tangga dikarenakan khawatir terluka akibat suami berselingkuh.

Tantangan menjalani kehidupan berumah tangga, tidak sesederhana saat masih hidup melajang. Kesetiaan dan rasa percaya menjadi unsur utama yang dibutuhkan sejumlah perempuan, untuk memantapkan hati berkomitmen seumur hidup dengan pasangannya. Sikap ini tidak bisa disalahkan, melihat begitu tingginya angka perceraian akibat perselingkuhan yang dilakukan oleh pihak suami!

Menurut Nana Gerhana, M.Psi., Psikolog, untuk menghindari terjadinya perselingkuhan dalam suatu rumah tangga. Suami dan istri harus memiliki pemahaman yang baik dan mendalam mengenai makna pernikahan. Salah satunya, dengan memandang pernikahan sebagai komitmen yang dibangun berlandaskan agama. Dengan demikian, janji saling setia dan saling mengasihi yang diucapkan atas nama dan di hadapan Sang Pencipta, tidak akan dianggap sepele.

Maka dari itu, pasangan suami istri wajib memiliki prinsip berumah tangga yang berangkat dari kepatuhan beragama. Menurut Nana, cara ini dianggap mujarab dalam mencegah terjadinya perselingkuhan. “Fondasi rumah tangga terbaik adalah agama. Pasangan yang takut dengan Tuhan, umumnya akan berpikir jutaan kali sebelum melakukan hal-hal yang dianggap terlarang oleh ajaran agamanya’’ tandas Nana.

Mungkin Anda sering membaca atau mendengar saran, yang mengatakan bahwa komunikasi antarpasangan merupakan ‘tungku’ yang menghangatkan keharmonisan. Namun, tidak bisa dimungkiri, saran tersebut memang tepat adanya. Sebagai seorang istri dan ibu, kaum perempuan sering merasa merekalah yang paling paham mengenai urusan anak dan kebutuhan rumah. Padahal sebenarnya, suami juga memiliki porsi yang sama, apalagi jika berkaitan dengan anak. Nah, merasa tidak didengarkan seperti inilah, yang menjadi pemicu suami jadi lebih nyaman berdiskusi dengan perempuan lain, dibandingkan istri sendiri. “Belajarlah untuk lebih banyak mendengar daripada bicara, usahakan untuk tidak banyak menuntut,’’ tutur Nana.

Selain itu, hal lain yang tidak kalah penting dan harus diterapkan oleh para istri adalah jangan berhenti menjadi pribadi yang menyenangkan bagi pasangan. “Menikah bukan berarti mengurangi perhatian pada suami. Sebaliknya, para istri justru harus lebih memerhatikan kebutuhan suaminya. Dan, jangan malas merawat diri sebagaimana waktu masih pacaran dulu,’’ terang Nana lebih lanjut.

Perhatian yang dimaksud bisa berupa pujian, karena siapa pun di dunia ini pasti senang menerima pujian. Cobalah untuk memberikan pujian yang tulus dengan kepada suami saat dirinya melakukan hal-hal yang baik untuk Anda dan keluarga. Jangan menganggap, karena sudah resmi menikah dan sering bertemu, Anda merasa suami pasti bisa merasakan kalau Anda bangga terhadap pencapaiannya. Percayalah, mereka lebih senang mendengar langsung dari Anda. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com