Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/11/2013, 12:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis


Kompas.com —
Jam tangan memang bukan sekadar penunjuk waktu atau aksesori. Jam bahkan sudah menjadi simbol diri yang menunjukkan karakter pemiliknya. Bagi para kolektor, jam merupakan karya manusia yang unik dan bernilai seni. Hal tersebut tak berlebihan karena di balik sebuah jam ada kerja rumit para pembuatnya.

Seiko, merek jam asal Jepang, tahun ini merayakan 100 tahun eksistensinya di dunia arloji. Salah satu keistimewaan jam produksi Seiko adalah mampu menggabungkan antara unsur teknologi tinggi dengan keterampilan para perajin tradisional.

Dok Seiko Mamoru Sakurada (kiri) dan Kiyoshi Terui (kanan) menunjukkan keterampilan mereka dalam merakit dan membuat ukiran dalam skala ukuran milimeter pada jam Seiko.

Seiko yang dalam bahasa Kanji memiliki dua arti, yakni "presisi" dan juga "sukses", ini sebenarnya sudah berdiri sejak tahun 1881 yang didirikan oleh Kintaro Hattori. Pada awalnya mereka membuat berbagai jam dinding dan juga jam saku. Baru pada tahun 1913 Seiko memproduksi jam tangan.

Produk jam merek Seiko sendiri secara resmi masuk ke Indonesia pada bulan November 1965 ketika kapal pesiar Sakura Maru datang ke Jakarta.

Shinji Hattori, Presiden & CEO Seiko Watch Corporation menyebutkan dalam 100 tahun perjalanan Seiko, perusahaan ini telah melakukan beberapa kali perubahan revolusioner dalam dunia jam.

Revolusi pertama adalah di tahun 1969 ketika Seiko memperkenalkan Quartz Astron yang mengubah konsep jam tangan di dunia.

"Ini adalah jam tangan pertama yang memakai sistem 'quartz'. Kalau dulu jam mekanis kesalahannya bisa 20 detik per hari, dengan teknologi ini kesalahannya hanya 0,2 detik. Bahkan ada jam yang kesalahannya dalam setahun hanya satu detik," kata Hattori dalam acara seminar Monozukuri yang diadakan oleh Perhimpunan Persahabatan Indonesia Jepang di Jakarta, Kamis (14/11/2013).

Hattori menyebut revolusi kedua yang dilakukan Seiko adalah ketika memperkenalkan koleksi jam Astron GPS Solar di tahun 2012. Keistimewaan jam ini adalah kemudahan penyetelan waktu. "Di mana saja Anda berada, jam tangan ini secara otomatis akan menyesuaikan dengan zona waktu tempat Anda berada tanpa perlu melakukan penyetelan," ujarnya.

Keunikan lain dari Seiko adalah menganut konsep "manufacture" yang berarti pembuatan semua komponen, baik yang besar atau kecil, sampai perakitan dan penyetelan dilakukan dalam satu pabrik.

"Tidak semua pembuat jam bisa memproduksi 'jantung' dari jam. Bahkan pembuat jam di Swiss membeli komponen dari perusahaan lain lalu merakitnya. Kalau kami di Seiko memilih membuat semuanya sendiri karena kami lebih mengutamakan unsur presisi," kata Hattori.

Selain jam-jam mekanis buatan mesin, Seiko juga terkenal akan arloji yang dibuat oleh tangan manusia. "Untuk jam dengan cita rasa seni tinggi, terutama dengan ketebalan hanya 1,98 mm, tidak mungkin dikerjakan dengan mesin karena terlalu tipis sehingga mudah melengkung," katanya.

Di workshop Seiko, ada beberapa orang perajin yang mengerjakan jam-jam buatan tangan ini. Mereka antara lain Mamoru Sakurada yang ahli menyusun ratusan komponen berukuran kecil dalam jam, serta Kiyoshi Terui yang punya keterampilan dalam membuat corak atau ukiran yang sangat halus, bahkan mengukir sampai kedalaman 0,5 mm.

Ketika memamerkan keahliannya, Sakurada dan Terui bekerja dengan bantuan mikroskop karena kecilnya bidang kerja mereka. Jam-jam tangan handmade tersebut dibuat berdasarkan pesanan dan baru selesai dikerjakan sekitar empat bulan. Dalam setahun hanya kurang dari 100 buah jam tangan yang bisa dihasilkan. Meski begitu peminatnya sangat banyak karena dianggap bernilai seni tinggi.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com