Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Chameo, Tas Anyaman Rotan Indonesia yang Laris di Amerika

Kompas.com - 18/11/2013, 10:13 WIB


Kompas.com -
Dari sebuah ruko di Pluit Karang Utara, Jakarta, tas-tas yang dibuat dari anyaman rotan sintetis itu merambah ke mancanegara. Produk dengan label Chameo itu juga sudah bolak-balik melenggang di sejumlah pekan mode internasional.

Tas anyaman ini murni produk lokal, buatan Yuliana Lim dan 30 pekerjanya. Yuliana, yang sejak awal memilih Amerika Serikat sebagai pasar pertamanya, memulai usahanya tahun 2008. ”Saya kurang percaya diri melempar ke pasar lokal karena waktu itu produk lokal sering kali justru diremehkan dan dihargai murah,” ujarnya.

Bisnis tas ini berawal dari hobinya membeli dan memakai tas anyaman dari serat alam. Namun, pengalamannya memakai tas dari serat alam sering meninggalkan kesan tidak menyenangkan, seperti benang serat yang kerap nyangkut di baju serta anyaman yang kaku dan acapkali mencuat keluar sehingga kerap melukai atau menggores tangan.

Dari rentetan pengalaman itulah Yuliana berkeinginan untuk membuat tas anyaman sendiri dari bahan-bahan yang nyaman dipakai. ”Karena suami saya bergerak di bidang furnitur dengan anyaman rotan sintetik, saya pun berkeinginan untuk mencoba membuat tas tangan dari bahan yang sama,” ujarnya.

Dia mengakui, upayanya ini tergolong nekat karena ia tidak memiliki latar belakang pendidikan ataupun keterampilan menjahit dan menganyam. Yuliana memulai usaha dengan mencari tenaga lepas dari kelompok perajin anyaman di Yogyakarta, tetapi gagal. ”Para penjahit dan pembuat anyaman angkat tangan, tidak sanggup membuat tas berbahan rotan sintentik yang lebih licin dari rotan alam,” ujarnya.

Yuliana pun beralih mencari tenaga kerja di Jakarta. Setelah mendapatkan satu penjahit dan satu penganyam, dia pun memulai usaha dengan memakai mesin produksi berupa mesin jahit bekas, mesin jahit khusus untuk menjahit tas. ”Karena tidak ada satu pun yang berpengalaman membuat tas anyaman, akhirnya proses pembuatan tas ini kami pelajari bersama secara otodidak,” ujarnya.

Proses belajar ini berlangsung sekitar satu tahun. Selama jangka waktu tersebut, jumlah produk gagal sudah tak terhitung.

Positif

Setelah berhasil membuat tas anyaman seperti yang diinginkan, Yuliana mencoba menjual produknya ke New Jersey, AS, melalui perantaraan istri pelanggan furnitur suaminya yang tinggal di sana. Volume produk yang dipasok ke Amerika ketika itu hanya sekitar 100 tas. Rata-rata tas dijual dengan harga 30 dollar AS. Tak disangka, responsnya positif. Setelah enam bulan, dia kembali menerima permintaan tas. Hal ini terus berulang hingga saat ini.

Sekitar tahun 2009, setelah pasar dalam negeri dirasa sudah cukup ”kondusif” menerima produknya, barulah Yuliana melempar produknya untuk konsumsi domestik. Ternyata sambutan dari dalam negeri juga cukup bagus.

Saat ini, Yuliana memproduksi 1.000 tas per bulan, dan 70 persen di antaranya untuk memenuhi permintaan dalam negeri. Tingginya permintaan di negeri sendiri membuatnya tidak lagi berkonsentrasi pada permintaan luar negeri yang sebenarnya juga terus meningkat dan berkembang di banyak negara lain.

Chameo telah ikut tampil dalam Japan Fashion Week tahun 2011, Hongkong Fashion Week tahun 2013, dan ikut dalam ajang pameran Pret a Porter di Paris, Perancis, tahun 2013. Terakhir, model-model terbaru tas ini dipajang sebagai tren mode tas tahun 2014 di majalah fashion Italia, Arpel.

Hingga saat ini, Yuliana mengaku terus belajar dengan melakukan inovasi produk. Setelah sebelumnya hanya memakai bahan rotan sintetis, sekarang ini dia mulai memadupadankan dengan aneka kain, seperti batik dan songket. Terakhir, dia pun mencoba memadukannya dengan kulit ular. Harga tas Chameo ini berkisar Rp 900.000 hingga Rp 5,2 juta.

Sekalipun sudah bermunculan tas dengan beraneka bahan, Yuliana mengatakan akan tetap bertahan memakai bahan baku utama rotan sintetis.

”Saya mencintai dan ingin terus mengangkat popularitas anyaman rotan, yang merupakan kerajinan khas Indonesia,” ujarnya. (Kompas/Regina Rukmorini)


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com