Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/11/2013, 09:44 WIB

KOMPAS.com — Beberapa pekan lalu, khususnya publik Jakarta, diramaikan oleh berita hilangnya Alma Aini Hakim (6) di kawasan Monas. Beruntung, ia dirawat oleh keluarga yang baik hati dan akhirnya bisa ditemukan.

Apa sebetulnya yang terjadi pada Alma? Kemampuan kognitif seorang anak berkembang secara bertahap dan sesuai usianya. Contohnya, pada usia 2 tahun, anak biasanya akan mempelajari lingkungan rumah tempat tinggalnya, seperti di mana ruang tamu dan kamar tidur.

Pada usia 3-4 tahun, anak belajar tentang lingkungan tetangga, dan pada usia 5 tahun, ia belajar lingkungan rumah ke sekolah, dan seterusnya. Anak juga belajar memahami orang-orang di lingkungannya, seperti orangtua, kakak, dan tante.

Situasi lebih rumit dihadapi anak ketika ia kehilangan orangtua atau orang yang mendampinginya di keramaian. Adib Setiawan, MPsi, psikolog dari www.praktekpsikolog.com, Jakarta, menyarankan orangtua atau orang dewasa yang mendampingi anak untuk tetap berdiri di tempat semula karena seorang anak secara alamiah akan kembali ke tempat semula.

Biasanya anak baru memahami langkah yang harus ia lakukan supaya tidak hilang ketika ia duduk di kelas IV SD. Ia sudah berpikir secara abstrak, bukan hanya simbol. Sebelum kelas IV SD atau di bawah 10 tahun, mau tidak mau anak harus selalu berada di dekat orangtua, apalagi ketika di keramaian.

Ajarkan anak berkomunikasi dengan orang yang dikenal atau tidak dikenal, orang yang sepertinya bakal berbuat jahat atau tidak. "Kenalkan berbagai tipe dan profesi, seperti pengemis, petugas keamanan, dan pedagang, sehingga kemampuan kognitif dan wawasan terhadap lingkungannya berkembang," jelas Adib. Ketika ia tersesat, anak bisa melapor ke petugas keamanan.

Lalu, apa yang harus diajarkan orangtua kepada anaknya di keramaian dan mengantisipasi jika suatu saat anak tersesat atau hilang? Yang pertama, kata Adib, minta anak berdiri di tempat-tempat yang terlihat, dan minta ia untuk tidak pergi ke mana-mana. Kenakan baju yang mencolok supaya lokasi anak bisa terlihat.

Khusus untuk anak yang mengalami gangguan perkembangan kognitif, Adib menyarankan agar mengenakan baju dengan nama (name tag) menyatu dengan pakaian, nama orangtua, serta nomor kontak yang bisa dihubungi. Hal ini karena anak-anak seperti ini lebih sulit berkomunikasi.

Orangtua juga harus selalu menjaga dan mengawasi anaknya, misalnya dengan menggandengnya atau berjalan di belakang anak supaya selalu terpantau. "Orangtua sebaiknya tidak menitipkan pengawasan anak ke orang lain karena pasti rasa pedulinya berbeda," kata Adib.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com