Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan Inggris Mulai Berhenti Beli Barang Tiruan, Bagaimana dengan Indonesia?

Kompas.com - 19/11/2013, 15:25 WIB

KOMPAS.com – Hingga hari ini, perdagangan produk fesyen tiruan masih terus berkembang menjadi industri masif, terutama di Asia. Tahun lalu, kepolisian Inggris menyita sejumlah tas, sepatu dan dompet desainer palsu yang diperkirakan bernilai 1 milyar dolar Amerika.

Perputaran bisnis barang palsu ini adalah ‘tamparan’ paling menyakitkan bagi seluruh desainer, label ritel dan rumah mode. Bayangkan saja, kerja keras mereka dalam mengolah kreativitas menjadi suatu koleksi mode anyar, tanpa ampun dipalsukan secara masal dengan harga yang jauh lebih murah!

Selain itu, industri produk fesyen palsu ini sangat mengganggu keberlangsungan bisnis resmi yang sebenarnya. Tak heran, sejumlah desainer dan label ritel ‘gulung tikar’ dikarenakan tidak sanggup bersaing dengan para pembajak yang mendulang profit dari karya mereka.

Tetapi sebuah kabar baik datang dari Britania Raya, survei yang disponsori oleh situs belanja VoucherCloud, melakukan poling pada 1921 partisipan di Inggris. Hasil poling mengungkapkan bahwa 52 persen partisipan yang hobi membeli produk fesyen palsu, sudah tidak lagi ‘menganut’ gaya belanja yang buruk tersebut. Mereka lebih memilih produk dari brand dengan harga terjangkau, tapi ASLI!

Kemudian 62 persen lainnya, mengaku memiliki trik belanja yang cerdas, yaitu berbelanja koleksi desainer ketika musim diskon. Jikalau terlanjur terpincut pada koleksi terbaru, sejumlah desainer di Inggris memiliki program belanja, yang mengizinkan pelanggan membayar dengan cara mencicil.

Selain itu, dibandingkan beberapa tahun lalu, sekarang sejumlah desainer telah memproduksi koleksi dengan harga yang lebih masuk akal dan terjangkau oleh penduduk kelas menengah pada umumnya.

Lalu alasan lain yang melandasi para perempuan Inggris membeli produk asli adalah bosan berbohong. Mereka mengaku, saat membeli produk fesyen orisinil, tercipta rasa bangga dalam diri karena telah melakukan hal yang benar. Menurut VoucherCloud, sebanyak 39 persen partisipan mengatakan, bahwa yang mendasari mereka berhenti membeli barang palsu adalah mereka nyaman dengan pencitraan yang jujur, yakni mengatakan tas mereka asli. Sementara, 33 persen lainnya tidak ingin melanggar hukum dan masuk penjara!

Meskipun undang-undang yang mengatur hak cipta di Eropa terbilang keras, ternyata tak membuat para pembajak jera. Namun, melihat hasil dari poling tersebut di atas, para desainer  bisa sedikit bernapas lega, dan semoga saja kesadaran yang sama segera ‘menular’ pada para pecinta mode di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com