Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/12/2013, 10:39 WIB

Kompas.com - Kain Indonesia tak habis-habis menuturkan cerita. Songket Palembang, kain dengan benang emas ataupun perak, terus bertransformasi menjadi busana-busana modern yang anggun. Transformasi itu pada akhirnya meretas strata sosial tanpa harus mencabik akar budaya.

Awal Desember lalu, Museum Tekstil di Jakarta menampilkan pameran sekaligus peragaan busana yang bertema ”The Golden Songket of Sriwijaya”. Sebanyak 80 lembar songket yang sebagian berusia sedikitnya 50 tahun itu dipamerkan selama tiga hari, 5-8 Desember. Kain-kain songket tersebut milik sepuluh kolektor, di antaranya Ida Hasjim Ning, Dian Pelangi, Zainal Songket, Nuni Asmuni Said, Fikri Songket, dan juga Museum Tekstil sendiri.

Peragaan busana kecil yang menampilkan koleksi dari Dian Pelangi dan Zainal Songket menunjukkan songket dapat melebur dengan luwes dalam rancangan busana modern. Benang-benang emas yang menjadi ciri khasnya memberikan nuansa glamor pada rancangan busana pesta.

Koleksi dari Dian Pelangi misalnya menggunakan motif bunga cino yang tampak apik dipadukan dengan bahan kain lain sehingga bisa jatuh sempurna di tubuh.

Koleksi busana songket ini tampil dalam berbagai variasi, mulai dari gaun terusan, celana panjang lebar, hingga blazer berpotongan struktural. Songket pun tak lagi hanya tampil dengan warna dasar klasik, seperti merah anggur, hijau tua, dan kuning. Dian Pelangi bereksplorasi dengan sejumlah warna, bahkan warna-warna pastel. Songket berwarna pastel menjadikan tampilan songket keseluruhan tak terkesan terlalu tradisional.

”Kami memiliki kerja sama dengan kelompok perajin songket sendiri di Palembang sehingga kain-kain songket yang diproduksi disesuaikan dengan kebutuhan rancangan busana. Jadi, songket tak lagi sekadar untuk sarung,” kata Nani Djamal, pendiri label Dian Pelangi, yang juga ibu dari Dian Pelangi.

Menurut Nani, sesuai dengan kebutuhan rancangan busana muslimah dari label Dian Pelangi, songket yang dibikin oleh perajin bisa mencapai panjang 5 meter dengan lebar sekitar 1,15 meter. Seluruh songket ditenun dengan benang sutra dan menghasilkan kain songket yang lembut. Permainan warna, yang menjadi ciri khas Dian Pelangi, juga diterapkan dalam songket.

”Kami sekarang sudah bikin songket dengan tujuh warna. Dan seluruh busana dengan songket tetap bisa dicuci ataupun dry clean,” kata Nani.

Serupa dengan semangat Dian Pelangi, Zainal Songket juga ingin songket semakin fleksibel dijadikan busana, tak sekadar sebagai sarung dan selendang. Dalam delapan koleksi yang diperagakan di Museum Tekstil, Zainal menampilkan busana perkawinan dari songket dengan sentuhan gaya modern.

”Saya ingin songket bisa untuk busana modern, mulai dari untuk pesta hingga pernikahan. Dengan begitu, songket tak lagi hanya sebagai pakaian atau kostum tradisional saja,” kata Zainal.

Zainal, yang memang telah lama dikenal di dunia kain songket, memadukan kain songket dengan bahan lain, seperti tile, brokat, juga lace (renda). Menurut Zainal, penambahan songket walaupun sedikit saja sudah cukup mempermanis tampilan keseluruhan suatu busana.

”Tantangannya sebenarnya di padu padan warna sehingga bisa terlihat lebih modern dan tidak terlalu tradisional.”

Maraknya pemanfaatan kain songket untuk keperluan rancang busana membuat perubahan pula pada ukuran pakem kain songket klasik. Seperti juga Dian Pelangi, Zainal memproduksi kain-kain songket dengan ukuran yang disesuaikan dengan kebutuhan rancangan busana.

Songket Zainal bahkan bisa dibuat dengan panjang mencapai 12 meter dan lebar sekitar 1,10 meter. ”Dahulu ketika cuma untuk sarung, songket dibikin dengan panjang sekitar 85 sentimeter saja,” kata Zainal.

Songket dan strata sosial

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com