Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/12/2013, 12:18 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis


Kompas.com -
Banyak hal diaosiasikan dengan keluhuran peran ibu, tetapi paling orisinal dan sejati tentu saja perannya dalam kelahiran, kasih sayang, dan merawat kehidupan.

Dua kisah perjuangan para ibu dalam persalinan berikut ini semoga bisa mengingatkan kembali akan keluruhan peran utama ibu dan pengorbanannya sejak anak-anaknya masih dalam kandungan.

Rahim Rusak Setelah Kehamilan Kembar

Setelah anak pertama berusia 9 tahun, saya, Ira Novita Sari (32), tak kunjung hamil sehingga memutuskan mengikuti program kehamilan. Alhamdulillah 3 bulan kemudian saya hamil. Namun kehamilan ini sungguh berat karena di trimester pertama saya mual muntah berat sampai nyaris dehidrasi karena tak ada satu pun makanan bisa masuk, bahkan air minum.

Beruntung di usia kehamilan 17 minggu mual muntahnya berhenti. Berat badan sedikit demi sedikit mengalami kenaikan. Keluhan lain selama hamil adalah rasa tidak nyaman pada perut bawah saat beraktifitas atau pun tidur.

Di usia kehamilan 40 minggu, saya merasa sakit yang tidak biasa pada perut bawah tapi tak ada mulas. Pagi-pagi sekali kami ke rumah sakit dan ternyata sudah bukaan 3 sehingga dokter memutuskan untuk operasi saat itu juga.

Alhamdullilah pada 17 Maret 2011 bayi kembar lahir dengan selamat, tapi ujian belum selesai karena saya mengalami perdarahan hebat. Darah keluar sampai lebih dari 1,5 liter dan rahim saya dinyatakan mengalami kerusakan.

Dokter kemudian memanggil suami ke dalam ruang operasi dan menjelaskan kondisinya. Satu-satunya jalan agar saya selamat adalah rahim saya harus diangkat. Saya ingat ia sempat bimbang karena sejak menikah ia menginginkan memiliki empat anak. Namun ujian yang diberikan Allah seperti ini maka kami hanya bisa menjalaninya dengan kuat dan sabar.

Kini si kembar, Ilyas Andra Widyaprananta dan Hana Humaira Widyasari, sudah tumbuh sehat, cerdas, dan aktif. Menjadi ibu juga membuka mata saya akan besarnya pengorbanan dan kasih sayang ibu dalam membesarkan saya. Setiap hari kini saya berusaha menunjukkan rasa cinta dan perhatian pada ibu dan ibu mertua dengan lebih banyak berkomunikasi. Karena cinta ibu tak akan pernah tergantikan oleh apa pun dan siapa pun.


Melahirkan secara normal dan caesar sekaligus

Kehamilan kembar ini juga kehamilan kedua saya, Aprilia Apulisa Kacaribu (30) setelah anak pertama selesai disapih di usia 2 tahun. Meski hamil kembar tapi kehamilan ini terbilang lancar tanpa ada keluhan yang berarti.

Proses kelahiran si kembar ini ternyata lebih cepat dari perkiraan dokter. Mereka lahir di minggu ke-31 karena air ketuban saya sudah merembes. Saya ingat pada tanggal 24 Maret 2013 sekitar jam 21.00 ada air ketuban sedikit keluar. Setelah dipastikan oleh bidan, saya pun ke rumah sakit.

Dokter kandungan memutuskan untuk melakukan tindakan agar kontraksi berhenti sehingga bayi bisa dipertahankan sampai cukup umur. Tetapi saat tiba di rumah sakit bukaan saya sudah sampai 4 dan kontraksi semakin kuat meski sudah diinfus cairan antikontraksi.

Sekitar pukul 01.30 saya dilarikan ke ruang operasi. Ketika tim dokter masih menyiapkan peralatan, saya merasakan perut sangat mulas dan bayi sudah akan keluar sehingga menyulitkan dokter anestesi yang seharusnya memberi suntikan bius untuk operasi.

Melihat posisi bayi yang sudah siap dilahirkan, dokter mengambil keputusan untuk mengeluarkan bayi pertama secara normal. Saya langsung setuju karena sudah kelelahan menahan mulas. Pada tanggal 25 Maret 2013, lahirlah Chavon Fersa Haganta Dapari dengan berat badan 1.650 gram.

Setelah itu dokter langsung memberi suntikan anestesi karena bayi kedua, Dejuan Fersa Aginta Depari dalam posisi melintang dan saya tidak merasakan mulas lagi. Ia lahir secara caesar dengan berat badan 1.850 gram.

Setelah lahir mereka berdua harus berada di inkubator selama sebulan. Karena kebijakan rumah sakit tidak mengijinkan saya menemani, maka saya setiap hari ke sana untuk mengantarkan ASI. Puji Tuhan si kembar tumbuh sehat dan kini sudah bisa mengejar milestone pertumbuhannya.

Menjadi ibu kini membuat pandangan saya terhadap sosok ibu sangat berubah. Dulu saya ingat sering membantah perkataan ibu, tapi kini saya bisa mengerti betapa besar pengorbanan beliau untuk meninggalkan karier dan membesarkan anak-anaknya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com