Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/02/2014, 16:59 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis


KOMPAS.com —
Dekat di mata tapi jauh di hati. Ungkapan ini bisa mengungkapkan hubungan pasangan suami istri di perkotaan yang karena kesibukan masing-masing menjadi jarang berkomunikasi secara mendalam meski sebenarnya tinggal satu rumah.

Kesenjangan komunikasi dalam pernikahan bisa terjadi karena suami istri memiliki aktivitas yang tinggi di tempat kerja. Berangkat pagi, sampai di rumah sudah malam dan tidak sempat lagi ngobrol. Pada akhir minggu, Anda dan suami hanya ingin beristirahat dan tidur atau beraktivitas dengan anak. Komunikasi suami istri pun semakin minim.

Menurut psikolog Anna Surti Ariani, MSi, atau akrab disapa Nina, banyak keluarga yang tinggal serumah kerap menyia-nyiakan kesempatan bertemu dengan anggota keluarganya begitu saja. Akibatnya, momen-momen berharga seperti saling mencurahkan perasaan atau berperan serta secara langsung dalam tumbuh kembang anak terlewatkan tanpa makna.

Dalam sebuah survei yang dilakukan PT Unilever Indonesia, sebanyak 67 persen responden mengatakan sudah memiliki waktu untuk keluarga tetapi masih merasa belum cukup.

"Rata-rata responden dalam sehari berkumpul dengan keluarganya sekitar 1-3 jam. Tetapi, baru sekadar ngumpul, koneksi dengan keluarga dirasa masih kurang," kata Mario Abdisa, Senior Brand Manager SariWangi, dalam sebuah acara talkshow Hargai Waktu Bersama Keluarga di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Selain kesibukan, teknologi juga kerap menciptakan jarak dengan anggota keluarga. "Masing-masing sibuk dengan gadget sehingga ada yang satu rumah tapi berkomunikasi lewat SMS. Ini memprihatinkan," kata Nina.

Kondisi tersebut jangan dibiarkan. Anda dan suami harus aktif menghidupkan kembali kehangatan serta kasih sayang dalam keluarga. Salah satunya adalah dengan meluangkan waktu sedikitnya 15 menit setiap hari untuk saling ngobrol.

"Meluangkan waktu 15 menit untuk benar-benar ngobrol. Matikan dulu gadget-nya. Hargai dan maksimalkan waktu ini agar komunikasi dalam keluarga lebih berkualitas," kata psikolog anak dan keluarga di Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini.

Meski Anda dan suami merasa sangat sibuk, upayakan untuk menyediakan waktu 15 menit ini. "Harus diusahakan sehingga muncul rasa ketergantungan. Jadi, kalau hari ini belum ngobrol, rasanya ada yang kurang," katanya.

Komunikasi dengan anggota keluarga ini tidak harus dilakukan di rumah, tetapi bisa juga di dalam kendaraan dalam perjalanan ke tempat aktivitas. Meski begitu, idealnya adalah duduk santai bersama keluarga. "Saat bersama anak, kesempatan ngobrol ini bisa dipakai untuk menularkan nilai-nilai dalam keluarga, misalnya tentang kejujuran atau kerja sama," katanya.

Selain berkomunikasi secara verbal, agar waktu tersebut lebih bermakna, kita juga bisa menggunakan bahasa nonverbal, seperti sentuhan, belaian, tatapan mata, dan juga pelukan. "Suasana yang dibangun ini akan menguatkan ikatan antar-anggota keluarga," ujarnya.

Waktu 15 menit, meski terasa singkat, sudah cukup untuk membentuk kedalaman komunikasi. Kelak jika ada masalah yang lebih kompleks, Anda dan pasangan bisa membicarakannya dengan mudah karena selama ini sudah terbiasa berkomunikasi dan mencurahkan perasaan.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com