Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Terjadi Saat Label Ritel Berkolaborasi dengan Desainer Lokal ?

Kompas.com - 25/02/2014, 17:21 WIB
Christina Andhika Setyanti

Penulis

KOMPAS.com -  Selama ini, pengusaha busana ritel dan desainer ditengarai saling bersaing ketika menciptakan tren dan memasarkan produknyan masing-masing. Namun, bukan berarti tak bisa saling berkolaborasi dan menciptakan kreasi busana yang nyaman serta kekinian. 

Indonesia Fashion Week 2014 (IFW) berkerjasama dengan Asosiasi Pengusaha Garmen Indonesia (APGAI), menyatukan kreativitas desainer dan kemapanan kapital industri label ritel lokal dalam menciptakan busana siap pakai di panggung mode.  

Hasil kolaborasi tersebut diterapkan dengan memukau oleh Hammer bersama desainer Deden Siswanto, Coconut Island dan Putu Aliki, Colorbox  serta  Number 1 by Susan Budiharjo, The Executive dengan Hannie Hananto.

 "Kolaborasi ini diharapkan bisa melahirkan generasi muda yang bisa terus mendukung industri mode lokal," kata Putu Aliki saat konferensi pers Indonesia Fashion Week 2014 di JCC, Sabtu (22/2/2014). 


Hammer dan Deden Siswanto

DOK. IFW Hammer

Label ritel, Hammer, yang sangat populer dengan konsep busana yang menonjolkan kesan kasual. Sedangkan Deden Siswanto, dikenal sebagai desainer berkarakter ekletik dan detail. Bagaimana jika keduanya berkolaborasi? 

"Yang jelas koleksinya nggak terlalu art dan nggak banyak berubah. Masih dengan gaya yang kasual. Bisa dibilang ini adalah baju Deden dengan gaya yang lebih industri," kata Deden. 

Deden mengungkapkan, ia terinspirasi dari kepribadian unik orang-orang di zaman Edwardian. Meski tampilannya terbilang ekstrim, namun gayanya tetap ready to wear. Deden bereksplorasi lewat gaun, celana pendek berkerut, celana panjang bergaris, rok mini yang kemudian dipadukan dengan kemeja, kaus peplum. Warna-warna cerah seperti biru, abu-abu, coklat, dan putih, mendominasi keseluruhan koleksi. 

Coconut Island dan Putu Aliki

DOK. IFW coconut island

Kolaborasi Coconut Island dan Putu Aliki menerapkan tema besar "Breaking Good!" Sebenarnya label dengan desainer ini memiliki identitas gaya busana yang kontras. Colorbox dengan konsep grafis urban vintage, sedangkan Putu Aliki memilki karakter edgy.

Perpaduan ide dan karakter keduanya, menghasilkan sentuhan grafis nan nyentrik. "Salah satu motif graphic desainnya adalah Ganesh, sang dewa gajah. Tapi di dalam motifnya sedikit diubah biar nggak terlalu religius dan lebih wearable. Gayanya sendiri lebih ke street wear," ujar Aliki.

The Executive dan Hannie Hananto

DOK. IFW The Executive

Para perempuan karier tentu mengenal The Executive, label ritel yang sebagian besar koleksinya memang didominasi oleh busana kerja. Lewat kolaborasi bersama Hannie Hananto, merilis gaya busana muslim kekinian yang pas untuk Lebaran.

"Meski koleksinya untuk Lebaran tapi masih tetap simpel dan modern. Koleksinya juga banyak didominasi dengan warna basic hitam putih dan banyak permainan garis," kata Hannie. 

Busananya terdiri dari model kaftan, gamis, tunik dan juga baju koko. Koleksi baju Lebaran dari The Executive dan Hannie Hananto ini akan dipasarkan di 40 toko The Executive, yang tersebar di lima kota besar di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com