Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratih Asmana Ningrum: Banyak Perempuan yang Salah Kaprah Mengartikan Emansipasi

Kompas.com - 21/04/2014, 20:58 WIB
Christina Andhika Setyanti

Penulis

KOMPAS.com – Pada kenyataannya, gerakan emansipasi wanita dan feminisme memang lahir di belahan dunia barat, tetapi bukan berarti gagasan-gagasan positif mereka dianggap tidak relevan bagi sejumlah negara Asia, dalam hal ini Indonesia. Hal ini didasarkan pada pemahaman karena suatu gagasan tidak dapat ditenggat dalam batasan geografi.

Di Tanah Air, nama RA Kartini mahsyur dikenal sebagai perempuan Jawa yang membukakan jalan untuk kita memperoleh persamaan hak dalam lingkungan sosial, terutama mengenai hak mendapatkan pendidikan hingga tingkat tinggi.

Salah satu perempuan Indonesia yang menikmati hasil dari perjuangan RA Kartini adalah Ratih Asmana Ningrum. "Saya sangat beruntung karena sekalipun orangtua tidak sekolah tinggi dan keadaan keluarga pas-pasan, mereka selalu mendorong saya untuk bisa sekolah tinggi. Saya mendapatkan banyak support dari orangtua dan keluarga untuk bisa sekolah tinggi dan jadi peneliti seperti sekarang," kata Ratih saat dihubungi Kompas Female, Senin (21/4/2014).

Ratih yang merupakan seorang dokter, memiliki prestasi yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Perempuan berkerudung ini mengembangbiakkan protein antikanker dan hepatitis interfern Alpha-2B dengan cara sederhana dan murah. Upaya Ratih tersebut adalah bentuk keprihatinannya terhadap masalah pengobatan penyakit kanker dan hepatitis yang mahal dan sulit ditemukan oleh kalangan masyarakat yang kurang mampu.

Atas usaha dan niat luhurnya tersebut, Ratih terpilih sebagai salah satu dokter perempuan yang memperoleh penghargaan dari L’oreal – UNESCO For Women in Science National 2013.


Ratih mengaku, emansipasi perempuan seperti yang dicita-citakan Kartini memang sudah terlihat nyata. "Perempuan sekarang ini sudah mendapat banyak kesempatan, salah satunya pendidikan. Sekarang tinggal bagaimana masing-masing perempuan menyikapi dan menangkap peluang ini," ujarnya. 

Emansipasi bukan berati bebas sebebas-bebasnya
Sekalipun sekarang ini kesempatan untuk perempuan bekerja, berkarya, dan bersekolah mendapatkan ruang dan waktu yang lebih luas serta layak dibandingkan generasi yang terdahulu. Namun, tetap saja, semuanya harus disesuaikan dengan kapasitasnya masing-masing. 

"Emansipasi itu bukan berarti kita bisa bebas sebebas-bebasnya, karena setiap perempuan punya kewajiban utama dan harus seimbang antara karier dan keluarga," katanya. 

Ratih sendiri mengatakan, masih banyak perempuan yang salah kaprah dengan arti emansipasi. Masih banyak perempuan yang menganggap bahwa emansipasi perempuan hanya dianggap dari segi kesuksesan dalam bidang kerja yang digelutinya. "Anda tidak harus mengutamakan ego pekerjaan Anda saja. Seorang perempuan sukses itu adalah perempuan yang bisa menyeimbangkan karier dan keluarganya. Memang susah agar keduanya bisa berjalan seimbang, tapi pasti ada win-win solution," ujarnya. 

Sebenarnya, emansipasi tak melulu soal kesuksesan dalam berkarier, emansipasi yang diupayakan Kartini sebenarnya juga menyuarakan kesetaraan hak dan kewajiban dalam keluarga. Perempuan bukan hanya sekadar ibu, tapi juga pendidik generasi bangsa. Hal ini sesuai isi surat yang dikirimkan Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya pada tanggal 4 Oktober 1902, "Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tetapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum perempuan, agar perempuan lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: Menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama."

"Inilah fungsinya pendidikan tinggi bagi perempuan. Tak hanya untuk sukses bagi diri sendiri, tapi juga harus sukses mendidik anak-anaknya. Jangan sampai kita kaya ilmu tapi anak kita tidak, karena ini adalah kewajiban utama seorang perempuan sebagai ibu. Generasi yang baik bisa menjamin kemajuan bangsa, tapi semuanya tidak akan tercapai kalau pondasinya tidak ada. Emansipasi di karier boleh saja, tapi juga jangan lupa emansipasi dan kewajiban di keluarga. Selain itu, jangan lupa juga untuk bisa berbagi dengan perempuan lainnya. Inilah tolak ukur kesuksesan perempuan yang utama," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com