Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakai Jam Tangan Mewah Palsu Tiru Kebiasaan Orang Eropa

Kompas.com - 25/04/2014, 17:15 WIB
Wardah Fajri

Penulis

Sumber Forbes
KOMPAS.com — Secara terang-terangan, Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengakui jam tangan mewah kontroversial miliknya adalah barang tiruan. Jam tangannya tersebut merupakan lansiran dari brand mewah Richard Mille RM 011 Felipe Massa Flyback Chronograph "Black Kite" yang dibanderol dengan harga jual fantastis, yakni Rp 1 miliar.

Apakah memakai jam tangan mewah tiruan telah menjadi kebiasaan umum?

Memakai jam tangan mewah tiruan rupanya sudah menjadi kebiasaan dan masalah sosial di Eropa dan Amerika. Namun, kebiasaan ini tak selalu ditemukan di Asia sebab orang Asia cenderung takkan mau memakai barang tiruan sekadar untuk tampil gaya demi gengsi, seperti halnya yang dilakukan orang Eropa atau Amerika.

Dalam sebuah wawancara dengan Forbes mengenai peran Tiongkok dalam pasar jam tangan mewah, Jean-Claude Biver, CEO Hublot SA (merek jam tangan mewah dari Swiss), mengatakan, memakai jam tangan mewah tiruan merupakan perilaku tipikal orang Eropa dan Amerika sebab mereka adalah tipe orang yang selalu ingin tampil melampaui kemampuannya.

Sementara di Asia, kata Biver, meski beberapa negara memproduksi barang tiruan, tetapi sebenarnya orang Asia tidak akan pernah mau memakainya.

"Orang Asia terlalu gengsi memakai barang tiruan. Jadi, tampil palsu adalah masalah sosial di Eropa dan Amerika, yang orang-orangnya cenderung menekankan dan mementingkan penampilan meski tak sesuai realitasnya," kata Biver.

Menurutnya, ketika seseorang memakai produk mewah tiruan sebenarnya ia tengah berbuat curang. Sikap seperti itu juga menunjukkan betapa depresinya orang tersebut, dan betapa "miskinnya" ia karena untuk mengatasi rasa frustrasinya ia berlaku curang.

"Orang normal tidak pernah berperilaku curang. Mereka merasa senang dengan apa yang mereka mampu beli. Mereka tidak berusaha tampil melebihi kemampuannya," tuturnya.

Tampil "palsu", menurut Biver, telah menjadi budaya di Eropa. Menurutnya, perilaku ini merefleksikan kemiskinan mental dan kepribadian orang Eropa dan Amerika.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Forbes
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com