Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengembangkan Budaya Betawi lewat Kompetisi Kreatif

Kompas.com - 22/06/2014, 17:25 WIB
Christina Andhika Setyanti

Penulis

 

KOMPAS.com - Dalam rangka mengembangkan kreativitas yang berasal dari kekayaan budaya Jakarta, Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) DKI Jakarta kembali menggelar Jakarta Souvenir Design Awards 2014 (JSDA). Tahun ini merupakan tahun kelima acara ini dihelat di Jakarta.

"Ajang ini bertujuan untuk memperkenalkan budaya Jakarta lewat berbagai souvenir khasnya. Selama ini kita sering bingung kalau ditanya souvenir khas Jakarta itu apa, maka dibuatlah acara ini untuk menemukan souvenir apa yang unik dan kreatif," kata Pincky Sudarman, Ketua Panitia JSDA, saat pengumuman pemenang sekaligus penutupan JSDA di Senayan City, Jakarta Selatan, Sabtu (21/6/2014).

Tahun lalu, acara ini digelar di bulan Agustus. Namun kali ini, dimajukan di bulan Juni agar bertepatan dengan ulang tahun Jakarta. "Dampaknya jadi waktu pengumpulan karya dan proses penilaian jadi lebih singkat. Jumlah pesertanya pun turun drastis," ujarnya.

Total jumlah peserta yang mengikuti kompetisi ini berjumlah 70 orang, yang dibagi-bagi ke dalam empat kategori utama, yaitu mahasiswa, umum/profesional, UKM binaan, dan design batik. Tema yang diangkat tahun ini adalah Ragam Motif Batik Betawi.

Setelah melewati proses seleksi oleh para dewan juri yang terdiri dari Pincky Sudarman (dari Alun-Alun Indonesia), Hudy Suharnoko (kolektor seni), Maudy Koesnaedi (aktris), Ary Juwono (desainer interior), Jeny Tjahjawati (APPMI), dan Selvia Lie (pemenang best design JSDA 2013), maka terpilihlah 12 finalis.

Hasil akhir dari kompetisi, diputuskan para pemenang dari masing-masing kategori adalah, Tri Setyohadi (design batik betawi), Fadilah Arie (mahasiswa), Emma Damayanti ( UKM binaan), Jessica Stephanie (umum/profesional). Lalu, pemenang kategori desain terbaik tahun ini jatuh kepada Tri Setyohadi.

"Tri Setyohadi terpilih jadi pemenang utama tahun ini, karena dia bisa menampilkan desain batik lain dari yang lain. Dia menampilkan batik Pondok Kopi serta sejarah lengkapnya. Desainnya dibuat dengan gambar biji, bunga dan buah kopi yang dibatik dengan motif ceplok dan dibentuk ragam hias yang unik. Ini nilai lebihnya," jelas Pincky.

Sang juara utama, Tri Setyohadi mengatakan, bahwa ide utama pembuatan Batik Pondok Kopi ini sebenarnya memakan waktu riset selama sebulan dan proses pembuatannya selama seminggu.

"Saya adalah seorang pecinta kopi, desainer batik dan juga pecinta sejarah, jadinya saya mencari sejarah penanaman kopi, dan ternyata ada di wilayah Pondok Kopi, Jakarta Timur," katanya.

Di waktu mendatang, Tri dan para pemenang lainnya akan mendapatkan pendampingan dan pengarahan dari Dekranasda dan JSDA untuk bisa memproduksi mass product dan menjualnya di beberapa tempat sebagai salah satu souvenir khas Indonesia.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com