Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/06/2014, 22:00 WIB
Syafrina Syaaf

Editor

KOMPAS.com - Berbeda dengan penyakit fisik, depresi sulit untuk dideteksi. Dra. Suhati Kurniawati, psikolog perkembangan anak dari Lembaga Psikologi Terapan UI mengatakan, depresi pada anak bentuknya terselubung.

"Wajar jika orangtua tidak menyadarinya, penyebab depresi pada anak bentuknya terselubung dan bermacam-macam. Variasinya sangat banyak sehingga sulit dibedakan mana yang hanya berupa stres dan mana yang sudah termasuk depresi."

Namun, tetap saja ada gejala depresi pada anak yang bisa dilihat secara kasat mata."Rata-rata depresi pada anak diawali dengan cara bicara anak yang monoton, cenderung datar, kehilangan minat akan sesuatu. la tidak lagi tertarik bermain dan lebih memilih menyendiri," kata psikolog yang akrab disapa Iin itu.

Umumnya, anak-anak yang dilanda depresi memiliki pandangan buruk mengenai diri sendiri dan dunia. la merasa orangtuanya tak sayang lagi.

"Kejadian (di masa) lalu masih diingatnya. Kalau pernah ditegur atau dimarahi orangtuanya, sakit hatinya masih membekas dan selalu dibesar-besarkan. Pada awalnya, anak masih menyalahkan orang lain. Lama-kelamaan ia menyalahkan dirinya sendiri secara berlebihan. Ia merasa buruk, tidak layak dicintai, dan (layak) dijauhi. Padahal kenyataannya orangtua si anak bersikap baik, begitu pula teman-temannya masih mengajaknya bermain. Sikap orangtua dan teman-temannya itu jadi tidak berarti lagi karena ia sudah punya penilaian buruk tentang dirinya."

Masih banyak gejala depresi pada anak yang bisa jadi patokan untuk melihat anak yang mengalami depresi. Misalnya, perhatian anak terpecah dan sulit berkonsentrasi. Emosi tak stabil, gampang marah dan menangis, kelihatan sedih sepanjang waktu, sulit menemukan aktivitas yang menciptakan kegembiraan, sering membicarakan kenangan dan pikiran yang mengingatkan pada kesedihan.

"Umumnya, mereka kehilangan selera makan. Pada sebagian anak terjadi pola makan secara berlebihan karena dorongan hati," terang Iin.

Selain itu pola tidur terganggu. Anak sering terbangun di malam hari karena mimpi buruk, sulit bangun di pagi hari, atau seharian penuh ingin tidur saja. "Sebagian anak mengeluh cepat lelah. Bangun tidur pun ia sudah lelah."

Di luar rumah, hubungan dengan teman sebaya memburuk. Ia cenderung menarik diri dan tidak tertarik bermain dengan teman sebaya atau berkelahi hanya karena persoalan sepele. Ia enggan pergi ke sekolah dengan berbagai alasan. Ia juga cenderung mengabaikan tugas-tugas sekolah atau kegiatan setelah sekolah.

Di rumah ia kehilangan minat ikut serta dalam kehidupan di rumah. Hubungan dengan saudara atau kerabat dekat mengalami perubahan.

Sakit perut dan sakit kepala juga menjadi keluhan fisik yang kerap terjadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com