Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/07/2014, 07:00 WIB
Kontributor Female, Agustina

Penulis

Sumber Dailymail

KOMPAS.com — Umumnya, calon pengantin perempuan ingin terlihat ramping di hari pernikahan. Tak heran, banyak program diet bermunculan, saling berlomba-lomba menjadi solusi jitu untuk para perempuan yang hendak menikah. Namun, hal yang demikian, sama sekali dihindari oleh para hawa di Mauritania. Apa pasal?

Di Mauritania, yang terletak di bagian barat laut Afrika, perempuan bertubuh tambun dianggap cantik dan bisa mendatangkan keberuntungan. Selain itu, tubuh besar merupakan simbol kemapanan bagi warga setempat.

Maka dari itu, jangan heran dengan kenyataan bahwa anak-anak perempuan di Mauritania, semenjak usia lima tahun sudah dikirim ke Leblouh, sebuah penampungan di mana perempuan diwajibkan untuk mengonsumsi 15.000 kalori per hari, dengan menu harian terdiri dari dua kilogram daging, dan lima galon susu unta.

Diet membesarkan tubuh ini dinamakan gavage, yang diambil dari bahasa Perancis dan memiliki arti makan secara paksa.

Metode gavage bertujuan meningkatkan bobot tubuh perempuan, dan juga untuk menghilangkan keriput serta kulit kusam. Jadi, saat hari pernikahan tiba, sang pengantin perempuan akan terlihat ideal dengan tubuhnya yang besar, kulit cerah, dan bebas keriput.

Seperti disarikan DailyMail, seorang jurnalis asal Amerika Serikat, Thomas Morton, pernah melakukan investigasi berkaitan dengan metode penggemukan tubuh khas perempuan Mauritania.

Diberitakan bahwa Morton turut mengonsumsi makanan dan pil pemicu nafsu makan, yang wajib dilahap oleh para perempuan Mauritania. Belakangan diketahui bahwa pil tersebut memiliki efek samping yang mematikan, karena sebenarnya didistribusikan untuk hewan. Baru dua hari melakukan gavage, Morton mengaku tidak enak badan dan mengalami muntah-muntah akibat kekenyangan.

Perlu Anda ketahui, perempuan Mauritania yang memuntahkan makanan mereka, baik sengaja maupun tak sengaja, kabarnya akan disiksa oleh orangtua mereka dengan cara menjepitkan jari kaki sang anak di sebuah alat jepit dari besi. Benar-benar menyeramkan.

BUSINESS INSIDER Tradisi gavage akan terus berlangsung di Mauritania demi keberlangsungan budaya

Pada suatu penelitian, Paula Braitstein dari Indiana University dan Moi University di Amerika Serikat menemukan bahwa nyaris seperempat dari kaum hawa di Mauritania mengalami penyiksaan saat menjalani gavage. Namun, meskipun banyak menelan korban, ternyata 61 persen penduduk lokal masih memercayai tradisi ini.

Sebagian besar dari mereka mengaku tidak akan menghentikan gavage karena sudah dipandang sebagai budaya yang telah mendarah daging dan mendatangkan kesejahteraan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Dailymail
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com