Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini yang Menghambat Peran Perempuan di Bidang Ekonomi

Kompas.com - 09/04/2015, 07:00 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


KOMPAS.com -
Di masa kini, peran perempuan dalam bidang perekonomian di Indonesia amatlah besar. Tanpa berbicara skala besar dalam makroekonomi, peran perempuan dalam mikroekonomi hingga ekonomi rumah tangga, sudah tidak dapat diragukan lagi. Meskipun demikian, ternyata masih banyak batu sandungan yang menghambat peran perempuan dalam menjalankan perekonomian keluarga dan masyarakat. 

Menurut Dr E Kristi Poerwandari MHum, seorang psikolog gender sekaligus Wakil Ketua Program Pascasarjana Program Studi Kajian Gender Universitas Indonesia, peran perempuan dalam bidang ekonomi saat ini sudah terbilang besar. Pada tataran masyarakat kurang mampu khususnya, perempuan memiliki peran yang sangat besar dalam menjalankan roda perekonomian keluarga. 

"Di masyarakat kelas menengah, perempuan ikut berperan aktif dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Namun, saat ini bagi kaum perempuan masih ada kendala untuk berperan dalam bidang ekonomi," ujar Kristi pada acara jumpa pers Anugerah Kepemimpinan Perempuan Indonesia di Kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA).

Kristi menjelaskan, perempuan yang secara aktif bergerak di bidang ekonomi masih terbentur beban-benan majemuk di rumah. Bahkan, terkadang peran mereka yang besar dalam menjalankan roda perekonomian keluarga malah tidak diakui sama sekali. 

Pada kesempatan yang sama, Dr Sulikanti Agusni MSc, Deputi Bidang Pengarustamaan Gender Bidang Ekonomi KPPPA menyatakan, adalah sebuah fakta bahwa perempuan sebetulnya memiliki potensi yang besar di bidang perekonomian. Meskipun demikian, tidak sedikit keterbatasan yang dialami oleh perempuan dalam menjalankan perannya tersebut.

Tidak hanya dari lingkungan masyarakat, ujar Sulikanti, lingkungan keluarga pun seringkali menjadi hambatan terbesar kaum perempuan untuk dapat bekarya dan berkontribusi dalam bidang perekonomian. Bahkan, budaya yang telah lama mengakar di dalam masyarakat pun kerap membatasi ruang gerak perempuan. 

"Keterbatasan yang dialami perempuan misalnya akses informasi, peluang kadang dari aspek keluarga menjadi satu kendala tersendiri, ingin bergerak dan mengembangkan sayap tapi keluarga tidak mengizinkan. Ada sebutan bahwa "lebih baik menjadi pembantu suami", citra ini masih belum hilang," jelas Sulikanti.

Bukan hanya itu, diri perempuan sendiri yang terkadang merasa tidak percaya diri pun menjadi satu penghambat bagi perempuan untuk menjalankan peran dalam menggerakkan roda perekonomian. Menurut Sulikanti, hal ini memang sering sekali terjadi dan tidak dapat dipersalahkan. Sebab, citra yang sudah terbentuk di masyarakat membatasi peran perempuan. 

"Internal perempuan sendiri suka tidak punya rasa percaya diri karena adanya budaya patriarki (sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoriatas utama yang sentral dalam organisasi sosial) . Pengembangan dalam keluarga itu yang diutamakan selalu laki-laki," ujar Sulikanti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com