Kejaksaan di Santo Domingo menyatakan bahwa wanita berusia 23 tahun itu tiba di Republik Dominika pada dua hari sebelum menjalani operasi plastik pada tanggal 23 April 2015 silam. Akan tetapi, otoritas tidak menjelaskan secara terperinci kota maupun negara bagian asal wanita tersebut.
Klinik operasi plastik itu dijalankan oleh Dr Edgar Contreras. Pihak berwenang telah memeriksa dan menginvestigasi Dr Contreras atas tiga kejadian serupa. Namun, seperti yang diberitakan, Dr Contreras hingga saat ini masih tidak bisa memberikan keterangan maupun komentar.
Pasien asal Amerika Serikat ini adalah korban ke empat yang tewas di klinik tersebut pada tahun ini. Pasien lain yang tewas diidentifikasikan berusia 35 tahun dan berasal dari Hawai. Menurut pihak berwajib, dia tewas karena embolisme pada bulan Februari lalu setelah menjalani operasi pengangkatan implan di bokongnya.
Di Amerika Serikat saja, berdasarkan laporan US Centers for Disease Control and Prevention, tahun lalu dilaporkan setidaknya 19 orang wanita di lima negara bagian telah mengidap luka infeksi bakterial akibat prosedur bedah kosmetik di Republik Dominika, seperti operasi plastik, sedot lemak, dan implan payudara.
Republik Dominika, sama halnya dengan Thailand, Meksiko, dan Kosta Rika telah mempromosikan diri sebagai tujuan pariwisata medis. Program tersebut melayani para wisatawan untuk menghabiskan waktu beberapa hari di resor sebelum atau sesudah menjalani operasi plastik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.