KOMPAS.com –- Pada saat usianya masih 12 tahun, Megan Armer memiliki masa bersekolah yang tidak mudah. Pasalnya, saat masih duduk di bangku sekolah, dia sering menerima celaan dari sejumlah teman-teman sekolah.
"Saat di sekolah dasar, anak-anak lain memanggilku dengan sebutan gemuk dengan sangat kasar. Mereka tak pernah mengijinkanku bermain bersama. Mereka bilang aku terlalu berat. Padahal, aku tak obesitas. Tetapi, anak-anak kadang bisa menjadi terlalu kejam," kenang Armer.
Celaan dan umpatan dari teman sebaya tersebut membuat Armer mengalami krisis kepercayaan diri sehingga berpengaruh pada gangguan pola makan yang disebut anoreksia. Saat itu, berat badannya hanya 27 kilogram. Untuk usianya yang telah mencapai remaja, angka tersebut tentunya sangat tidak normal.
Alhasil, Armer pun melakukan cara ekstrim yang berakibat fatal. Demi menurunkan berat badan, Armer hanya mengonsumsi satu apel dalam sehari dan mengonsumsi banyak obat pencahar. Cara ini menyebabkan ususnya terluka dan berujung pada operasi besar untuk memperbaik kondisi ususnya.
Pada masa tersebut, yang dia sebut sebagai titik terendah, Armer mengaku sadar bahwa dia harus mencintai diri apa adanya. Penuh percaya diri dan semangat dari orang terdekat, Armer melakukan berjuang melawan aneroksia selama 2,5 tahun.
Usaha tersebut berakhir tidak sia-sia. Kini di usianya yang ke 22 tahun, bobot tubuhnya sudah mencapai angka normal. Selain itu, Armer kini baru saja menandatangani kontrak untuk menjadi seorang model pada sebuah agensi modeling.
"Menandatangani kontrak dengan agensi sangat meningkatkan kepercayaan diriku. Bertahun-tahun lalu, aku tak akan pernah berani berpikir akan hal ini," kata Armer.