"Ada pengrajin langsung dan pengepul. Pengepul ini tugasnya mengumpulkan kerajinan dari sentra-sentra pengrajin dan sekaligus menjembatani antara pengrajin dengan pasar," ujar Ratna pada acara pelucuran BII Sukma Awards di Sentral Senayan, pekan lalu. Menurut Ratna yang juga gemar berbagi ilmu di acara seminar dan pameran ini, dahulu para perajin batik identik dengan penghasilan yang sangat minim. "Dulu pengrajin hanya mendapat sekitar Rp 150.000-Rp 160.000 untuk kain yang diproses selama tiga hingga empat minggu," ujar Ratna. Tentu saja dengan proses yang memakan waktu dan minimnya penghasilan, profesi perajin batik jauh diminati oleh banyak orang, terutama kaum muda.
Untungnya, saat ini pendapatan para perajin kain batik telah jauh meningkat. "Sekarang satu kain dihargai sekitar Rp 700.000," ujar Ratna. Menurut dia, meningkatnya taraf hidup perajin batik yang rata-rata berjenis kelamin perempuan ini sekaligus dapat membantu pendidikan dan gizi di Indonesia. "Di daerah, wanita punya uang lebih berarti tersedianya makanan yang bergizi di atas meja keluarga serta pendidikan anak yang lebih baik. Kalau pria, biasanya dihabiskan untuk membeli tanah, motor, atau parabola. Begitulah kenyataan yang terjadi di daerah," ujar Ratna menjelaskan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.