Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Boneka Ken Versi Manusia" Tewas karena Leukemia

Kompas.com - 11/06/2015, 10:15 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber People

KOMPAS.com — Celso Santebanes (21), seorang pria muda asal Brasil, selama ini memiliki nama panggilan unik, yaitu "Boneka Ken Versi Manusia". Namun, berita duka baru saja datang dari pemilik nama panggilan unik tersebut. Menurut laporan Yahoo! Brasil, Santebanes meninggal dunia setelah melawan penyakit leukemia yang dideritanya selama lima bulan.

Sebelumnya, Santebanes menjadi sorotan media lantaran menghabiskan dana ribuan dollar AS atau ratusan juta rupiah untuk menjalani operasi plastik. Serangkaian operasi plastik tersebut dijalani Santebanes demi mengubah penampilan dan dirinya untuk menjadi "versi hidup" dari kekasih boneka Barbie tersebut, Ken.

Santebanes meninggal dunia karena terserang pneumonia bakterial menyusul perjuangannya dalam melawan kanker darah langka. Ia dikabarkan meninggal dunia pada Kamis (4/6/2015) lalu di Federal University of Uberlandia Clinical Hospital di Brasil. Menurut Latin Times, di rumah sakit itu pula, Santebanes menjalani rangkaian kemoterapi terakhir kalinya.

Santebanes pertama kali mengetahui dirinya mengidap kanker setelah mengunjungi rumah sakit untuk mengobati infeksi yang disebabkan filler hidrogen yang sebelumnya disuntikkan ke kakinya. Ia mulai menjalani beragam operasi plastik untuk menjadi serupa Ken setelah memenangkan kontes modeling saat usianya 16 tahun.

Tidak tanggung-tanggung, Santebanes menjalani empat kali operasi guna mengubah bentuk hidung, dagu, dan rahangnya. Dia pun memasang implan di dadanya. Berdasarkan laporan The Mirror, Santebanes dikabarkan merogoh kocek sekitar 16.000 dollar AS atau setara sekitar Rp 211 juta untuk mengubah penampilannya agar mirip dengan boneka Ken.

Pada bulan Januari 2015 lalu, Santebanes meluncurkan produk bonekanya sendiri yang diberi nama Celso di Los Angeles, Amerika Serikat, sebelum akhirnya jatuh sakit. Ia pertama kali membagikan kabar buruk tentang diagnosis penyakitnya melalui akun Instagram. Kala itu, ia mengunggah foto tangannya yang ditusuk jarum infus.

"Saya menangis. Saya melihat dunia saya runtuh. Saya tidak ingin orang lain mengasihani saya, berdoa saja untuk saya," tulis Santebanes dalam keterangan foto pada akun Instagram pribadinya tersebut.

Beberapa bulan sebelum meninggal, Santebanes mengaku sudah tidak lagi memperhatikan penampilannya. Sebaliknya, ia memilih untuk memfokuskan diri pada kesehatannya. Ia pun mengaku mulai merasakan efek-efek setelah menjalani kemoterapi, seperti kerontokan rambut.

"Saya tidak lagi memperhatikan masalah estetika. Bagi saya, itu bukan masalah. Yang paling penting saat ini adalah kesehatan saya dan saya akan memperjuangkannya," ujar Santebanes.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com