Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/08/2015, 14:05 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


KOMPAS.com
— Sering kali anak menunjukkan ekspresi wajah tidak suka hingga jijik ketika disajikan sepiring hidangan di hadapannya. Bahkan, ekspresi ketidaksukaan ini juga diikuti dengan menutup hidung karena aroma hidangan yang dinilai tidak enak. Sebenarnya, bagaimana permasalahan anak cenderung pilih-pilih makanan?

Menurut sebuah studi yang dipublikasikan pada Senin (3/8/2015) dalam jurnal Pediatrics, pilih-pilih makanan dapat dikaitkan dengan masalah-masalah psikiatri, termasuk kecemasan dan gejala-gejala depresi pada anak. Studi tersebut pun menemukan bahwa masalah mental akan bertambah buruk apabila perilaku pilih-pilih makanan pada anak bertambah parah.

Selain itu, studi ini juga menyatakan bahwa anak-anak yang pilih-pilih makanan cenderung lebih sensitif terhadap tekstur dan aroma makanan. Anak-anak tersebut juga memiliki rasa jijik dan mual yang lebih kuat dibandingkan dengan anak-anak lain yang tidak memiliki masalah dengan makanan.

Bagi orangtua, masalah anak yang pilih-pilih makanan bisa menjadi sebuah mimpi buruk. Pasalnya, anak cenderung tidak mau mengonsumsi kelompok makanan seperti sayur-mayur dan buah-buahan. Akan tetapi, beberapa dokter menyatakan bahwa perilaku pilih-pilih makanan pada anak disebabkan orangtua yang tidak bekerja lebih keras agar anak mau menyantap semua jenis makanan.

"Kita harus melakukan hal yang lebih baik dalam memberikan saran kepada orangtua. Pesan pertama yang harus diperhatikan bahwa ini bukan salah orangtua. Pesan kedua adalah masalah pilih-pilih makanan merupakan masalah yang lebih pelik dari yang dibayangkan," ujar Nancy Zucker, anggota tim peneliti dan seorang profesor bidang psikologi di Duke University, Amerika Serikat.

"Anak-anak yang pemilih dalam hal makanan adalah anak yang sensitif. Mereka memandang segala sesuatu secara saksama, mereka merasakan sesuatu dengan lebih dalam, dan ini berlaku baik dalam pengalaman internal maupun dunia di sekitar mereka. Jadi, mereka memiliki lebih banyak kerentanan untuk mencecap rasa dengan lebih jelas, tetapi juga emosi yang lebih kuat," imbuh Zucker.

Tim peneliti pun menyatakan bahwa anak-anak yang cenderung pilih-pilih makanan, baik dalam tahap wajar maupun akut, cenderung memiliki gejala-gejala kecemasan atau depresi. Mereka pun cenderung memiliki ibu yang mempunyai kecemasan tinggi dan konflik keluarga seputar makanan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com