Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Kehadiran Anak Buat Pernikahan Lebih Bahagia?

Kompas.com - 15/08/2015, 14:00 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

KOMPAS.com — Selama ini ada pandangan bahwa kehadiran anak serta peran sebagai orangtua merupakan berkah bagi pasangan suami dan istri serta mampu menambah kebahagiaan dalam pernikahan. Namun, apakah benar kehadiran anak akan membuat pernikahan lebih bahagia? Sebuah penelitian ilmiah menjawabnya.

Para peneliti dari University of Western Ontario di Kanada dan Max Planck Institute for Demographic Research mencari penyebab ada kecenderungan orangtua yang hanya ingin memiliki satu orang anak. Sehingga, mereka menganalisis data dari sebuah survei yang dihelat di Jerman dan melibatkan lebih dari 20.000 orang.

Hasil survei tersebut menemukan bahwa para responden melaporkan kebahagiaan setidaknya tiga tahun sebelum kelahiran anak dan dua tahun setelah kelahiran pertama. Para peneliti pun menemukan bahwa pasangan biasanya merasa bahagia sebelum memiliki keturunan. Kebahagiaan akan meningkat ketika mempersiapkan kelahiran anak dan ketika anak pertama lahir. Setelah itu, kebahagiaan pun akan menurun.

Nah, apa sebenarnya yang membuat kebahagiaan pasangan perlahan menurun saat anak pertama lahir? Studi yang dipublikasikan pada jurnal Demography tersebut menemukan bahwa ketidakbahagiaan setelah kelahiran anak pertama disebabkan tiga faktor. Pertama, isu kesehatan sebelum dan setelah kelahiran. Kedua, komplikasi saat proses kelahiran, dan terakhir, kelelahan umum dan fisik terkait tugas merawat anak. 

Di samping itu, para peneliti juga menemukan bahwa pengalaman dan kondisi emosional orangtua ketika mereka menyambut kelahiran anak pertama pun akan memberikan dampak yang kuat apakah mereka akan merencanakan kelahiran anak berikutnya atau tidak. Bagaimana penjelasannya? 

"Apabila Anda tetap merasa bahagia lebih dari satu tahun setelah kelahiran anak pertama, maka ada kemungkinan Anda akan menambah anak kedua. Sementara itu, orangtua dengan usia yang lebih matang dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih memilih untuk berhenti pada anak pertama bila mereka memiliki pengalaman buruk," jelas para peneliti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com