Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keistimewaan Batik Kudus yang Telah Lama Tenggelam

Kompas.com - 04/09/2015, 17:05 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

KOMPAS.com - Batik dari daerah Kudus sudah lama menghilang dan tenggelam akibat minimnya pengrajin di kota penghasil Kretek ini. Umumnya, para pekerja di Kudus yang dulunya berprofesi sebagai pembatik, kini lebih memilih profesi sebagai pelinting kretek atau menghabiskan banyak waktu dengan menjadi buruh pabrik di pabrik. 

Hal ini sangat disayangkan, karena Batik Kudus, sama seperti batik-batik dari daerah Indonesia lainnya, ternyata memiliki filosofi serta corak yang istimewa. Dalam acara jumpa pers pergelaran tunggal BaliJava oleh Denny Wirawan dan Djarum Foundation, di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia (4/9/2015), Miranti Serad Ginanjar selaku pembina Batik Kudus, mengatakan bahwa jenis batik Kudus memiliki keistimewaan tersendiri karena terdiri dari pencampuran tiga budaya, yakni Indonesia, Arab, dan Tiongkok. 

Batik Kudus diperkirakan populer dari tahun 1880-1940 dan berkembang hingga tahun 1970. Sama seperti batik di daerah pesisir lainnya, batik Kudus juga identik dengan palet warna cerah. Bedanya, batik kudus memiliki isen (motif pengisi) yang lebih rumit dan beraneka ragam, tak hanya sebatas motif binatang atau tumbuh-tumbuhan saja. Melainkan juga seni kaligrafi Timur Tengah ataupun motif panganan lokal. 

KOMPAS.com/ RODERICK ADRIAN MOZES Denny Wirawan memadukan batik Kudus dengan bahan tekstil mewah seperti jacquard, tweed, herringbone hingga teknik digital print.


Makna positif dari batik Kudus adalah Gabah Mawur yang melambangkan kesejahteraan suatu bangsa, Moto Iwak, simbol kejernian berpikir, Mretu Sewu yang berarti persatuan bangsa, Kembang Randu berarti kemurahan sandang, serta motif Merak Katleya yang merupakan lambang keanggunan pengaruh dari budaya Tiongkok. 

Lewat pergelaran bertajuk "Pasar Malam", kerjasama antara desainer Denny Wirawan dan Djarum Foundation, diharapkan bahwa seni kerajinan batik Kudus dapat terangkat kembali dan menarik minat para generasi muda di Indonesia untuk menekuni kembali budaya bangsa yang luar biasa, sebagai pengrajin batik.

Meski tak mudah, Miranti optimis kalau batik Kudus dapat kembali populer. "Saat ini ada 50 pengrajin batik di Kudus. Empat diantaranya sudah mapan, sisanya masih menjadi pengrajin lepas. Rencananya jalan Wahidin yang berlokasi di Kudus akan menjadi sentra penghasil batik. Sehingga nanti ketika siapapun berkesempatan mengunjungi Kudus, batik Kudus juga dapat menjadi pilihan cinderamata," tukas Miranti. 


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com