Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/09/2015, 07:00 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

Sumber BOLDSKY

KOMPAS.com  Siapa yang tak kenal bikini? Padanan busana renang yang terdiri dari bra dan panties ini memiliki model terbuka di bagian perut, lengan, dan paha, tak ayal sering  mengundang kontroversi di sejumlah negara yang berbasis kebudayaan Timur.

Pasalnya, memang bikini jelas memperlihatkan bagian tubuh wanita secara terbuka dan samar-samar memamerkan bagian yang paling intim.

Nama bikini sebenarnya memiliki arti yang filosofis. Pada tahun 1946, seorang insinyur asal Paris, Louis Reard, menciptakan suatu busana renang yang dinamakan bikini. Reard terbilang berani mengambil risiko dengan terobosannya menciptakan busana renang yang sangat seksi. Sebab, pada tahun 1940-an, bikini dinilai terlalu terbuka untuk wanita pada zaman tersebut. Selain itu, wanita pada era tersebut belum memiliki hak suara.

Reard menjelaskan bahwa nama bikini diambil dari sebuah pulau bernama Bikini Atoll yang terletak di utara Samudra Pasifik. Pulau ini sempat menjadi sorotan dunia. Sebab, mulai dari rentang tahun 1946 sampai 1958, terhitung ada 23 perangkat nuklir yang diledakkan Amerika Serikat di tujuh lokasi uji berbeda yang berada di Pulau Bikini Atoll. Kontroversi seputar pengujian senjata nuklir tersebut yang menarik perhatian Reard.

Akhirnya, dia pun memutuskan untuk memberi nama busana renang ciptaannya itu dengan nama "Bikini". Reard berharap bahwa bikini yang berukuran kecil dapat menginspirasi dunia, layaknya bom atom, kecil tetapi mematikan.

Tampaknya harapan Reard itu benar terjadi. Terbukti dengan reaksi budaya serta penjualan komersial yang "meledak" seperti ledakan nuklir.

Saat ini bikini tergolong sebagai busana yang paling laku dijual. Dalam satu tahun, penjualan bikini mencapai 8 juta dollar AS atau setara dengan Rp 116 miliar. Itu pun hanya penjualan di Amerika Serikat. Harapan Rear kini sungguh terkabul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BOLDSKY
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com