Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/10/2015, 16:04 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

KOMPAS.com - Anda yang menggemari kain batik pasti mengetahui bahwa setiap motif batik memiliki filosofi dan makna yang begitu dalam serta penuh kearifan. Selain itu, motif batik pun memiliki keragaman, yang dikenakan untuk setiap tahapan dalam kehidupan, baik kelahiran, pernikahan, maupun kematian.

Terkait dengan hal tersebut, Dr Ir Indra Tjahjani SS MLA MMSI, seorang aktivis pelestarian warisan budaya Indonesia sekaligus praktisi batik mengungkapkan bahwa karakteristik batik yang diakui sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO adalah kain dan motif batik yang berhubungan dengan budaya bangsa Indonesia. Dalam hal ini berarti adalah kain batik dengan motif tertentu yang dikenakan oleh masyarakat Indonesia sejak lahir hingga wafat.

Indra mencontohkan, motif batik tertentu yang dikenakan dalam acara-acara penting dalam kehidupan manusia adalah motif batik yang khusus dikenakan saat acara pinangan atau pernikahan. Dalam rangkaian acara tersebut, baik pria maupun wanita mesti mengenakan motif yang berbeda.

"Kalau pria mau melamar seorang gadis maka harus mengenakan kain batik motif satrio manah, yang artinya seperti 'kaulah satu-satunya di hatiku'. Sementara itu, yang perempuan mengenakan motif sido asih, yang artinya 'rasa cinta dari dua keluarga'," jelas Indra pada sebuah acara tentang teknik perawatan dan pencucian kain batik di Jakarta, Rabu (30/9/2015).

Adapun ketika acara siraman, kain batik yang sebaiknya dikenakan adalah motif cakar ayam. Motif cakar ayam ini, lanjut Indra, memiliki filosofi agar dalam mengarungi bahtera rumah tangga, pengantin dapat mandiri dan cermat dalam mencari nafkah dan senantiasa dilimpahi rezeki serta kesejahteraan.

Di acara pernikahan, ujar Indra, kedua mempelai mengenakan kain batik motif sido mukti. Dalam bahasa Jawa, sido dapat diartikan sebagai menjadi dan mukti bermakna bahagia. Sehingga, motif sido mukti memiliki filosofi berupa kebahagiaan, kemakmuran, dan kesejahteraan. Pasangan pengantin Jawa lumrah mengenakan kain batik motif ini saat acara panggih.

Sementara kedua mempelai mengenakan kain batik motif sido mukti, kedua orangtua mempelai mengenakan kain batik motif truntum. Motif yang khas dan mudah dikenali ini pun tidak lepas dari makna dan filosofi yang begitu arif. Indra menjelaskan, motif ini mengisyaratkan peran orangtua ketika anak sudah hidup mandiri bersama pasangan.

"Motif truntum itu bentuknya seperti taburan bunga. Maknanya adalah meskipun putra dan putri sudah menikah, maka orangtua akan tetap mencintai dan menuntun anak-anaknya," ungkap Indra.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com