Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/10/2015, 09:53 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

KOMPAS.com – Banyak orang mungkin perlu mengubah cara pandangnya mengenai rumah dan sebuah keluarga bahagia. Bekerja di kantor dan punya cadangan finansial rumah tangga bukan berarti seorang bapak yang bahagia. Seorang ibu, dengan segala pekerjaan rumahnya, juga belum tentu berbahagia.

Bapak dan Ibu boleh sibuk beraktivitas, tapi memiliki waktu bersama-sama di ruang tengah, boleh jadi wujud kebahagian rumah tangga. Tiap selepas makan malam, seluruh anggota keluarga berkumpul, menikmati tayangan televisi bersama-sama adalah gambaran sederhannya.

Selama bertahun-tahun kotak televisi menjadi penghubung atas kebahagiaan mereka. Meski tak dapat membaca mood masing-masing orang di rumah, benda tersebut masih dianggap ampuh menjadi media penghibur dan pengisi ruang keluarga.

Sayangnya, perkembangan teknologi telah mengubahnya. Televisi yang dulu ada di ruang keluarga, mulai hadir di ponsel pintar dan tidak lagi dinikmati bersama-sama.

Namun, keadaan itu bisa saja berubah. Seperti dilansir Dailymail, 10 atau 20 tahun lagi televisi yang biasa dikenal akan kembali menjadi teman keluarga di ruang tengah dengan kemampuan berbeda-beda. Televisi akan menghibur penontonnya dengan membaca mood, gerak tubuh, dan ekspresi.

Mariana Obrist bersama tim peneliti dari University of Sussex Brighton sedang mengembangkan sistem “televisi pintar” tersebut. Terinspirasi dari sebuah sentuhan, televisi akan dihubungkan dengan alat yang peka terhadap sentuhan panca indera calon penontonnya. Dengan demikian, televisi akan menghadirkan pengalaman menonton yang baru.

Thinkstock Terinspirasi dari sebuah sentuhan, televisi masa depan akan dihubungkan dengan alat yang peka terhadap sentuhan panca indera calon penontonnya. Dengan demikian, televisi akan menghadirkan pengalaman menonton yang baru.

"Melalui kepekaan sensorik, penonton akan diajak berinteraksi dengan televisi. Mereka juga dapat menyampaikan perasaannya kepada pengguna lain laiknya berkirim pesan di ponsel pintar," ujarnya.

Dengan teknologi tersebut, anggota keluarga yang berkumpul di ruang tengah akan diarahkan untuk menonton sebuah saluran acara yang sesuai mood mereka.

Riwayat televisi

Menoleh sejenak riwayatnya, sejak berpuluh tahun lalu televisi sudah menjadi simbol hiburan keluarga. Dulu, saat kotak elektronik tersebut masuk Indonesia, kehadirannya hanya bisa dinikmati di ruang-ruang publik, misalnya kantor kelurahan atau balai desa. Hanya kaum berpunya yang memilikinya di rumah.

Saat itu, bila acara favorit yang ditunggu mulai disiarkan, mood akan menjadi lebih baik, betapapun sedang kesal. Orang kemudian berbondong-bondong untuk menabung dan memilikinya di rumah masing-masing.

Sayangnya, saat itu orang masih sulit mendapatkan televisi. Mereka harus datang ke kota untuk mendapatkannya. Variasi merek dan jumlahnya pun terbatas.

Sekarang, televisi sudah memasuki era digital. Variannya pun terus bertambah. Dalam satu dekade, perubahannya begitu cepat, mulai perubahan layar cembung, layar datar hingga layar lengkung yang banyak dijual di pasaran.

Perkembangan teknologinya pun pesat. Saat ini, inovasi terbarunya adalah jenis 3D dan mulai disebut-sebut sebagai gadget pintar berbasis Android. Dengan teknologi ini, penggunaan televisi mirip seperti ponsel. Berselancar di dunia maya, menikmati tayangan dengan fasilitas internet dan berkirim pesan melalui media sosial umum dilakukan oleh pengguna.

Untuk mencarinya pun, orang tak perlu bersusah-payah seperti zaman dulu. Di pusat perbelanjaan, layar-layar televisi banyak ditawarkan. Bahkan, informasi penjualan kotak elektronik itu bisa dicari dalam situs belanja seperti Bukalapak.com.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com