Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Ungkap, Uang Memang Sangat Efektif Berikan Anda Kebahagiaan

Kompas.com - 13/10/2015, 23:00 WIB
Kontributor Female, Lusina

Penulis

KOMPAS.com — Ada sebuah kata bijak yang mengatakan bahwa uang tidak bisa membeli kebahagiaan. Namun, pernyataan tersebut tampaknya harus mengalami revisi. Pasalnya, sebuah studi teranyar mengungkapkan bahwa mayoritas orang merasa lebih bahagia ketika aset dan tabungan mereka terus meningkat.

Sebuah survei yang digagas oleh Office for National Statistics (ONS) menyimpulkan bahwa warga Inggris ditemukan lebih bahagia dan positif ketika nominal kekayaan mereka melambung dari waktu ke waktu.

Kebahagiaan yang ditemukan oleh ONS pada warga Inggris sangat dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran rumah, tabungan pendidikan anak, aset bergerak, bunga deposito, dan nominal tabungan.

Sebaliknya, tidak ada korelasi antara dana pensiun dan nilai aset properti terhadap kebahagiaan mereka dalam menjalani kehidupan.

Namun, hasil temuan ONS ini disangkal oleh seorang hartawan Inggris bernama John Caudwell, seorang pengusaha dan filantropi, serta pendiri Phones4U. Estimasi nilai kekayaan Caudwell mencapai 2 triliun poundsterling.

Caudwell mengaku, dari skala satu sampai 10, setiap hari rasa kebahagiaannya hanya berada di skala satu dan dua.

Kemudian, seorang konglomerat lainnya, Markus Persson, inovator dan pencipta aplikasi games, mengatakan bahwa semenjak dia menjual perusahaan mainannya, Mojang, kepada Microsoft, dia justru merasa limbung dan kosong. Padahal, profit yang diperoleh Persson dari penjualan perusahaan tersebut mencapai triliunan dollar AS.

Persson mengatakan, membangun dan mengembangkan Mojang, membuatnya semangat setiap hari untuk terus berkembang dan mencari pengetahuan. Sekarang, motivasi untuk semangat itu tak lagi berada di tangannya sehingga membuatnya merasa malas dan melumpuhkan keinginan untuk terus menjadi orang yang lebih baik. Salah satu kehilangan besar yang dirasakan oleh Persson adalah interaksi positif antara dirinya dan para karyawan.

"Saya memiliki banyak waktu untuk bersosialisasi dan berpesta di Ibiza. Namun, saya tak pernah merasa begitu terisolasi dalam hidup," tulis Persson dalam akun Twitter-nya.

Pernyataan dan pengalaman dua konglomerat di atas jelas sangat kontras dengan temuan ONS. Sejauh ini, hasil survei ONS memiliki korelasi yang nyata antara kebahagiaan dan kekayaan.

Hasil penemuan ini merupakan kerja keras dari mempelajari kualitas kebahagiaan para responden menjalani hidup sepanjang tahun 2011 hingga 2012. ONS bersikeras bahwa hubungan pemikiran positif, semangat hidup, dan kualitas kebahagiaan, mengalami perbaikan seiring dengan jumlah kekayaan responden.

"Hasil studi ONS berdasarkan data Wealth and Assets Survey. Jelas terlihat ada peningkatkan kualitas kepuasan hidup seiring nilai kekayaan yang terus bergerak ke atas," ungkap hasil laporan ONS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com