Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ternyata, Batik Kudus Sempat "Tenggelam" Selama 2 Dekade

Kompas.com - 29/10/2015, 17:33 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

KOMPAS.com – Tren kain batik Indonesia terus menunjukkan hasil yang menggembirakan. Selain berjaya di negeri sendiri, kain batik juga mampu menarik perhatian dunia dengan kecantikan motif yang mengagumkan.

Kondisi tersebut ternyata sempat tidak memberikan pengaruh berarti pada keberadaan batik kudus. Sebab, selama hampir dua dekade, batik kudus tenggelam dan kalah populer dengan batik dari daerah lainnya.

Ternyata, kemandekan kain batik tersebut menginspirasi Miranti Serad Ginanjar untuk merilis buku berjudul Batik Kudus The Heritage.

Buku karya Miranti ini menyajikan sejarah dan perjalanan batik kudus dari masa ke masa, sebagai salah satu simbol dari bagian kekayaan budaya yang ada di Indonesia.

"Batik kudus sempat tertidur selama kurang lebih dua puluh tahun. Di Kudus pun perajinnya sempat berkurang. Kita harus mendokumentasikan batik-batik ini supaya ke depan para perajin batik muda mau mengembangkan motif-motif batik kudus berdasarkan motif klasik menjadi lebih kontemporer, namun paling tidak ciri khasnya tidak hilang," ujar Miranti dalam acara bedah buku Batik Kudus The Heritage di Galeri Indonesia Kaya, Senin (26/10/2015).

Batik kudus yang terkenal dengan isen-isen rumit dalam proses pembuatannya diperkirakan mulai populer pada era tahun 1880 sampai 1940, kemudian berkembang sampai tahun 1940-an.

Sayangnya, sekitar tahun 1980-an produksi batik kudus sempat menurun karena maraknya batik cap dan batik print yang menawarkan harga jauh lebih murah.

Menurut Miranti, sebelum tahun 2005 silam, jumlah pembatik untuk batik kudus menurun drastis hingga tersisa satu orang saja. Kondisi ini disebabkan banyak pembatik yang lebih memilih bekerja di sektor industri.

Padahal, batik kudus begitu dikenal di kawasan Eropa sejak awal periode 1900-an lantaran keindahan dan keunikan motifnya.

Popularitas kain batik kudus di Eropa sempat membuat konflik. Sebab, ada satu kain batik kudus yang diproduksi sekitar tahun 1930-an, dan tersimpan di sebuah museum di Cologne, Jerman, ternyata diperebutkan banyak pihak di Eropa.

"Batik kudus pada tahun 1910 hingga 1930-an sudah terkenal karena isen-isennya rumit dan detailnya indah. Sayang sekali apabila perajin muda tidak mengembangkan. Kini, sudah mulai banyak anak muda di Kudus yang bergerak di sektor industri kreatif mau meneruskan tradisi membatik seperti nenek moyangnya dulu," ungkap Miranti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com