Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kain Tenun Alor Buatan Mama Sariat Diburu Orang Jepang dan Jerman

Kompas.com - 06/12/2015, 11:02 WIB
Silvita Agmasari

Penulis


KOMPAS.com --
Motif kain tenun dari Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT), terbilang sederhana. Tidak rumit dan terbilang kurang laris ketimbang kain tenun dari NTT lainnya.

Namun, sekarang popularitas tenun Alor kian menanjak, terutama sejak para pembeli dari Jepang dan Jerman memburu kain yang kuat akan sentuhan etniknya tersebut.

Kehadiran kain tenun Alor di peta wastra nusantara, tak bisa dimungkiri merupakan kerja keras salah satu perajin wanita berasal dari NTT, Sariat Libana.

Sariat yang biasa disapa Mama Sariat, begitu gigih menggali kekayaan alam NTT untuk mempercantik hasil tenun dari Pulau Alor.

Lewat berbagai eksperimen, wanita yang tak pernah duduk di bangku sekolah ini menemukan pewarna dari bahan-bahan alami yang tersedia di Pulau Alor.

Mama Sariat mengolah daun, akar, sampai getah tanaman untuk dijadikan pewarna alami kain tenun. Dia bahkan menemukan pewarna alami dari biota laut. 

"Ada tujuh jenis rumput laut yang dapat digunakan untuk jadi pewarna alami," cerita Sariat yang ditemui di toko kain Murah Tenun Ikat NTT, Thamrin City, Jakarta (5/12/2015).

"Dari tujuh jenis rumput laut tersebut kemudian di dapat warna hijau dan biru dengan intensitas warna berbeda-beda," imbuhnya.

Keberhasilan uji cobanya membuat pewarna alamiah untuk kain tenun, membuat Mama Sariat menjadi lebih peka pada kekayaan alam di sekitarnya.

Dia mengatakan bahwa dia selalu mempelajari jenis tanaman dan kekayaan alami untuk dijadikan bahan pewarna alami kain tenun.

"Saya turun bandara di sini (Jakarta), saya melihat kanan kiri jalan. Ada yang bisa dijadikan bahan pewarna alami atau tidak," ungkapnya. 

Untuk menambah alternatif bahan-bahan alami untuk pewarna, Mama Sariat mengatakan bahwa dia menanam kapas dan sejumlah tanaman lain di belakang rumahnya yang memiliki luas satu hektar di NTT.

 "Saya sebut itu tabungan. Bukan tanaman. Tabungan (tanaman) janganlah dihabiskan, agar dapat digunakan untuk lainnya," pungkas wanita yang telah menemukan setidaknya 180 variasi pewarna alami kain tenun Alor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com