Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tangani Perilaku Buruk Si Kecil dengan Metode “KISS”

Kompas.com - 06/03/2016, 17:02 WIB
Kontributor Lifestyle, Usihana

Penulis


KOMPAS.com –
Melihat anak tumbuh sehat dan aktif di usia dua atau tiga tahun, memang membuat orangtua merasa begitu berbahagia.

Namun, ingat yah, usia balita merupakan tahap rasa ingin tahu anak sedang berkembang, aktivitas mereka pun semakin lincah, dan otak mereka tengah aktif berkembang menyerap informasi yang didapatkan sang buah hati.

Fase ini mesti dihadapi orangtua dengan cerdas, terutama ketika melihat anak sering berperilaku buruk.

Berikut ini tiga cara menangangi perilaku anak yang kurang baik:

Kenali pemicu perilaku buruk anak
Orangtua jangan langsung panik dan emosional melihat anak yang tengah bertingkah dengan marah-marah atau melakukan hal-hal kurang disipilin. Sebab, perkembangan perilaku anak balita memang dalam tahap eksplorasi tanpa batas.

Jadi, orangtua harus pintar dalam mengenali pemicu yang membuat anak berperilaku tidak baik.

Nah, misalkan anak hobi sekali menggambar dan mencoret dinding dengan krayon atau spidol. Tindakan preventif yang harus dilakukan orangtua adalah meletakkan alat pewarna jauh dari jangkauan anak dan pastikan Anda mengawasinya saat si kecil sedang asyik menggambar atau melukis.

Harvey Karp, MD, Produser dan Penulis The Happiest Toddler on the Block, menyarankan agar anak mengonsumsi makanan sehat, kudapan sehat, dan tidur cukup.

“Anak yang lapar, kelelahan, dan kurang tidur, biasanya mengompensasi ketidakseimbangan tersebut dengan tantrum dan berperilaku hiperaktif,” jelas Dr Karp.

Metode Keep It Short and Simple (KISS)
Orangtua baru biasanya memiliki segala alasan untuk memberikan toleransi terhadap perilaku buruk anak. Selain lebih sabar, biasanya pola asuh yang diterapkan adalah komunikasi panjang lebar dan mendetil pada anak.

Namun, menurut William Coleman, MD, seorang profesor anak di University of North Carolina Medical School, AS, mengatakan bahwa mendisplinkan anak dengan penjelasan detil dan panjang, kurang efektif.

Sebaliknya, Dr Coleman menganjurkan supaya Anda bersikap tegas dengan gaya komunikasi keep it short and simple alias jelas dan tegas.

Dr Coleman mengatakan bahwa gaya komunikasi yang panjang dan lebar dalam perihal mendisiplinkan anak, justru membuat si kecil semakin emosional dan argumentatif.

“Jangan mengatakan, ‘Jangan melompat di sofa, itu berbahaya, kamu bisa jatuh, jangan lompat-lompat’,” jelas Dr Coleman.

“Gunakan gaya bicara seperti ini, ‘Kamu malas gosok gigi? Aku yang bakal melakukannya untukmu, putuskan sekarang, semakin lama kamu berpikir semakin berkurang waktu menonton televisi’,” ujarnya memberikan gaya komunikasi KISS.

Konsisten
“Pada usia dua dan tiga tahun, anak-anak sulit mencerna dampak dari perilaku buruknya pada orang-orang di lingkungan sekitar,” ujar Claire Lerner, LCSW, seorang direktur di sebuah organisasi non-profit khusus kesehatan bayi dan anak balita.

Anda harus menujukkan sikap konsisten pada rasa keberatan Anda terhadap perilaku dan tantrum anak.

Jadi, misalnya hari ini Anda melarang si kecil bermain bola, maka aturan tersebut tetap berlaku di hari-hari berikut.

Peraturan pada anak, kata Lerner, harus konsisten dan jangan berubah-ubah. Sebab, kondisi itu, bisa mengirimkan sinyal keliru yang bisa diartikan anak bahwa Anda tidak benar-benar tegas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com