Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Sinyal Pernikahan Anda dan Suami Bergulir Dingin

Kompas.com - 24/03/2016, 19:35 WIB
Kontributor Lifestyle, Usihana

Penulis

KOMPAS.com – Mengucapkan janji dalam komitmen pernikahan seumur hidup selalu setia bersama dan saling mencintai dalam setiap kondisi,

Seiring waktu, setiap pasangan menikah pasti pernah mengalami pasang surut menjalani rumahtangga. Konflik, romansa, cemburu, rindu, kesal, dan masa lalu, tak pelak hadir menjadi bumbu penyedap yang bisa menguatkan atau meruntuhkan pernikahan.

Banyak pasangan yang berhasil melalui masa-masa sulit dalam pernikahan, tetapi ada pula yang menyerah dan membiarkan biduk rumahtangga karam tanpa upaya berarti.

Berikut ini beberapa sinyal yang merefleksikan kondisi rumahtangga berjalan tawar dan dingin:

Saling menyalahkan

Pasangan ideal adalah yang saling melengkapi kekurangan dan saling menguatkan kelebihan masing-masing. Namun, jika Anda dan suami tak lagi dapat melihat sisi baik yang bisa meredakan luapan emosi. Bisa jadi, ini pertanda Anda tak lagi ingin melanjutkan hubungan.

“Saling melempar tuduhan dan kesalahan bisa melukai pernikahan. Saya tidak mengatakan bahwa ada hal-hal yang menggangu,” ujar Guy Winch, Ph.D, Psikolog dan Penulis buku Emotional First Aid.

“Namun, harus ada keseimbangan antara ucapan negatif dan positif di antara pasangan,” imbuhnya.

Menurut Winch, umumnya pria cenderung menahan emosi sehingga ketika pihak istri tidak bisa membaca situasi, bisa jadi hal itu memicu masalah yang lebih besar.

Sibuk dengan ponsel masing-masing

Menurut laporan dari John Gottman, Ph.D, seorang profesor psikologi, pasangan suami istri yang memiliki anak hanya berkomunikasi selama 35 menit per minggu.

Data mengejutkan itu pun dianalisa oleh Gottman bahwa pekerjaan dan sibuk mengurus anak telah meluruhkan energi wanita sehingga mereka “melarikan diri” berkomunikasi dengan teman-teman di media sosial.

Media sosial, kata Gottman, membuat wanita terkoneksi dengan dunia luar yang tidak melibatkan popok, susu tumpah, dan ruang tidur berantakan.

Kondisi ini pun akhirnya membuat banyak orang kurang responsif terhadap kebutuhan pasangan. Sebab, mereka terlalu fokus dengan hal-hal yang mereka anggap prioritas, seperti kebutuhan rumahtangga, pendidikan anak, dan tabungan masa depan.

“Perhatian pada pasangan merupakan ‘investasi’ yang mempengaruhi masa depan keluarga,” ujar Gottman.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com