Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapan Awal Mula Tradisi Bertunangan dengan Cincin Berlian?

Kompas.com - 29/03/2016, 06:18 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

 

KOMPAS.com -- Berbeda dengan cicin pernikahan yang dikenakan oleh pria maupun wanita, cincin pertunangan dikenakan hanya oleh wanita.

Tradisi menyematkan cincin pertunangan ke jari manis wanita ini ternyata memiliki sejarah yang panjang dan menarik untuk disimak.

Dilansir dari situs Brides, tradisi bertukar cincin pertunangan awalnya muncul dari zaman Mesir kuno dan Yunani kuno.

Ya, pada zaman tersebut pria juga mengenakan cincin pertunangan.

Di zaman mesir kuno, seorang pria selalu menggunakan cincin sebagai lambang kekayaan mereka. Oleh karena itu,  mereka pun memberikan pasangan mereka satu cincin untuk berbagi kekayaan.

Sementara itu,  pada zaman Yunani kuno, pasangan yang tengah mabuk cinta akan memberi hadiah cincin emas ke masing-masing pasangan.

Cincin emas hanya diberikan kepada pasangan yang tahu bahwa mereka akan menikah secepatnya.

Sekarang, mari beralih ke zaman Romawi kuno, tukar cincin bahkan dilakukan oleh orangtua pasangan juga.

Pada abad ke-11, pihak Gereja di negara Barat mengumumkan, pentingnya arti dari cincin pada upacara pernikahan. 

Alhasil, memasuki pertengahan abad ke-16, cincin pertunangan resmi menjadi bagian dari upacara pernikahan. Berdasarkan tradisi Gereja Katolik hanya wanita saja yang mengenakan cincin pertungan, pria tidak.

Pada zaman lampau, hanya seorang raja dan ratu yang dapat mengenakan cincin dengan bebatuan berharga.

Rakyat biasa umumnya mengenakan cincin pertunangan dari bahan emas atau besi.

Cincin pertunangan pada Ratu Victoria dri Inggris, hadir dalam bentuk yang berharga dan warna-warni akhirnya menjadi populer di kalangan masyarakat.

Cincin itu berbeda dengan batu berlian yang baru ditemukan pada era tersebut dan hanya dikenakan oleh kalangan bangsawan.

Cincin pertunangan dengan mata berlian baru populer di kalangan masyarakat biasa pada tahun 1930-an.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com