Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/05/2016, 11:03 WIB
Kontributor Lifestyle, Usihana

Penulis

KOMPAS.com — Umumnya, tak sedikit karyawan yang menghabiskan sebagian besar waktu mereka dengan bekerja di kantor.

Sudah bukan informasi asing bahwa waktu kerja yang idealnya delapan jam melebar jadi 10 jam hingga lebih lama.

Alhasil, hubungan emosional antara karyawan dengan perusahaan, karyawan dengan atasan, dan karyawan dengan rekan kerja, mau tidak mau, tercipta mendalam.

Namun, tak bisa dimungkiri bahwa loyalitas dan dedikasi terkadang menguras lebih dari tenaga, tetapi juga menyentuh sisi emosional karyawan.

Menurut survei yang dilakukan oleh situs My Navi terhadap 405 wanita dan pria yang tercatat sebagai karyawan kantoran, karyawan memang sering terluka secara emosional sehingga membuat mereka menangis.

Salah satu lokasi populer untuk menangis adalah toilet kantor.

Hasil survei menunjukkan bahwa satu dari empat responden (24,9 persen) karyawan mereka sekurang-kurangnya satu kali menangis karena pekerjaan di toilet kantor.

Alasan terbanyak yang menyebabkan mereka menangis adalah perilaku dan perkataan dari atasan.

“Bosku meminta menyelesaikan pekerjaan dengan cara tertentu, tiba-tiba saja, dia memintaku menyelesaikannya dengan cara lain. Lalu, ketika tugas itu tidak sesuai harapan, dia melemparkan kesalahan padaku,” ujar salah satu responden berusia 39 tahun.

Penyebab lainnya adalah masalah internal yang tidak berhubungan dengan bos dan pekerjaan.

“Aku pernah menangis karena aku merasa gagal dalam satu tugas yang sederhana,” jelas karyawan pria berusia 40 tahun.

Riset yang dilakukan di Jepang ini menjelaskan bahwa kebiasaan menangis ini bukanlah refleksi diri yang lemah.

Sebaliknya, para peneliti menyarankan untuk menangis. Sebab, menangis merupakan pelepasan emosional yang menyehatkan dan menenangkan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com