Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/06/2016, 20:07 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.COM -- Mengapa kita suka memencet jerawat sendiri? Padahal, ada cukup banyak peringatan seperti kisah horor jerawat yang berbekas atau membuat kulit semakin bermasalah dengan introduksi kuman dari jari.

Dematologis dan psikiater Amy Weschler menjelaskan bahwa manusia memiliki tendensi untuk selalu berusaha memecahkan masalah mereka sendiri. Dengan melihat zat yang menjijikan keluar dari kulit, kita merasa telah melakukan sesuatu yang produktif.

“Pada saat tersebut (melihat jerawat), kebanyakan orang merasa bahwa mereka harus melakukan sesuatu. Orang-orang yang suka memencet jerawat merasa bahwa mereka membuat kulit menjadi lebih baik – mereka berpikir bahwa mereka menolong,” ujarnya.

Heather Berlin, seorang peneliti otak atau neuroscientist di Icahn School of Medicine, rumah sakit Mount Sinai, New York, menyetujui penjelasan ini dan menambahkan bahwa meng-ekstrak jerawat melepaskan dopamine yang membuat otak kita merasa bahagia.

Berlin berkata, “ada putaran antara kekhawatiran dan nafsu sebelum memencet jerawat yang diikuti dengan rasa lega sesudahnya.” Sebuah kombinasi yang sulit dilawan.

Namun, untuk beberapa orang, memencet jerawat menjadi kebiasaan serius yang tidak bisa dikontrol. Bila Anda adalah salah satunya, Anda harus lebih khawatir.

Menurut Berlin, “ada spektrum perilaku yang lebar, mulai dari dorongan yang normal untuk mengutak-atik jerawat hingga kelainan seperti acne excoriee dan excoriation disorder.” Keduanya adalah kondisi klinis dimana sesorang secara impulsif mengutik kulitnya, terkadang hingga luka.

Bila perilaku memencet jerawat Anda menganggu kehidupan sehari-hari – pekerjaan, sosialisasi, hubungan, kesehatan dan tidur – maka Anda sudah memasuki teritori klinis.

Bagi kebanyakan orang, tindakan ini sangat menyenangkan sehingga tidak ada dorongan untuk berhenti. “Orang-orang yang merasa bersalah adalah mereka yang merasa perilaku ini tidak normal – dan merekalah yang datang menemuiku,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com