Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Adakah Ketidaksetaraan Jender di Bidang Seni Indonesia?

Kompas.com - 02/07/2016, 20:06 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com -- Ketidaksetaraan jender selalu menjadi masalah besar bagi wanita di berbagai jalan kehidupan. Tak terkecuali juga di bidang seni.

Tahun lalu, ArtNews menulis sebuah artikel mengenai isu ini di berbagai aspek seni, mulai dari museum, eksibisi kelas dunia seperti Biennal dan Documenta, media, dan pandangan pasar.

Ditulis oleh kurator asal New York, Maura Reilly, artikel tersebut menemukan bahwa melalui statistik, mayoritas dari orang-orang di dunia seni adalah pria dengan ras Euro-Amerika yang heteroseksual dan berada di kelas atas.

Lebih jauh lagi, Reilly mengatakan bahwa masalah ini seringkali tidak disadari karena kurangnya penelitian atau studi yang membandingkan keberadaan kedua jender di dunia seni.

Hal yang serupa dirasakan oleh seniman Christine Ay Tjoe di bidang seni Indonesia.

Melalui pesan elektroniknya kepada Kompas, Jumat (1/7/2016), seniman yang akan segera membuka eksibisi tunggalnya di White Cube Bermondsey ini mengatakan bahwa ketidaksetaraan jender di bidang seni rupa tampak berdasarkan angka.

Namun, secara pengakuan sudah tidak menjadi masalah.

 “Kesempatan wanita untuk melanjutkan menjadi seniman menurut saya kembali pada tekad pribadinya,” ujarnya.

Dia melanjutkan “Yang saya liat para pelaku seni di Indonesia cukup beraktivitas  total dan kualitas ciri masing- masing seniman makin kuat, sehingga yang pertama kali kita liat adalah keragaman, bukan masalah laki- laki atau perempuan lagi.”

Akan tetapi, Christine tetap mengakui bahwa wanita di dunia seni Indonesia masih menanggung beban berat karena budaya dan agama.

“Di Indonesia masih ada sangat kuat budaya dan pemahaman agama mayoritas di masyarakat yang menempatkan posisi wanita tidak setara dengan laki- laki. Saya rasa ini kondisi yang perlu terus dipahami dan diadaptasi dengan pandai,” ungkapnya.

Hal ini disetujui juga oleh Noorani Sukardi, komisioner untuk Paviliun Indonesia di Venice Biennale.

Melalui pesan singkatnya yang diterima Jumat (1/7/2016), dia berkata, “Menjadi sukses merupakan sebuah hal besar untuk seniman wanita.”

“Tidak seperti pria yang memiliki kebebasan lebih untuk menciptakan sesuatu, wanita dituntut secara sosial untuk memiliki dan mengasuh anak,” tambah Noorani.

Merujuk pada statistik jender di dunia seni, Noorani mengatakan, “Jalan kita masih panjang, dan fakta bahwa dia (Christine) diterima dengan baik di sini adalah hal yang luar biasa.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com