Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Papa Bertengkar dengan Mama, Anak Diam-diam Menangis Tiap Malam

Kompas.com - 21/08/2016, 14:02 WIB
Kontributor Lifestyle, Rakhma

Penulis

KOMPAS.com – Jangan sepelekan kondisi psikologis anak yang terjadi karena perilaku dan kebiasaan orangtua yang buruk.

Anda mungkin merasa anak masih kecil, masih memiliki banyak waktu untuk memperbaiki segala kekurangan di masa kecil. Pemikiran itu tentu saja salah.

Sebab, anak-anak memiliki hati yang murni dan sangat peka dengan apa yang terjadi di sekitar mereka.

Oleh karena itu, orangtua harus mengupayakan agar anak-anak melihat, mendengar, dan merasakan yang baik-baik di sekeliling mereka.

Menurut pakar pernikahan dan terapi keluarga, Gary Lundberg, dan penulis buku pola asuh, Joy Lundberg, berikut empat alasan yang membuat anak menangis sendiri sebelum tidur malam:

Membiarkan anak stres karena banyak nonton berita
Anak-anak belum memiliki kemampuan ideal dalam menyerap dan mengolah informasi yang mereka lihat atau tonton pada program berita di televisi.

Terlalu sering melihat dan menonton berita soal kejahatan, kesedihan, dan tragedi, membangun stres dalam pikiran anak, sehingga mereka menanggapinya dengan tangisan yang disembunyikan sebelum tidur malam.

Seorang psikolog dalam sebuah acara bincang-bincang televisi pernah mengatakan bahwa sewaktu terjadi peristiwa teroris yang menyerang World Trade Centre tahun 2001 silam, di mana berita itu terus di ulang-ulang setiap hari.

Ternyata, anak yang secara tidak sengaja melihat atau memang sengaja menonton televisi dan melihat berita tersebut, mereka mengira peristiwa naas itu terjadi berulang-ulang pada hari yang berbeda.

Alhasil, jumlah anak stres di Amerika Serikat pasca kejadian tersebut meningkat pesat.

Pertengkaran orangtua
Selain bisa melihat dan mendengar orangtua bertengkar serta adu argumen secara langsung, anak juga bisa merasakan adanya suhu panas antara papa dan mama di rumah.

Orangtua bisa saja menutup pintu kamar ketika bertengkar dan berdebat. Namun, ingat, anak merupakan darah daging, mereka bisa merasakan apa yang meresahkan orangtua.

Orangtua mungkin menyembunyikan pertengkaran dari anak-anak, tetapi anak-anak juga bisa menyimpan luka dengan menangis sendiri saat malam tiba karena tidak mau terdengar orangtua mereka.

Perceraian orangtua
Menurut Judith Wallerstein, Julia Lewis, and Sandra Blakeslee, penulis buku laris versi New York Times, The Unexpected Legacy of Divorce, dampak perceraian pada anak akan meninggalkan luka permanen.

“Kehidupan baru dengan orangtua yang tidak lagi bersama akan terasa baik selama masih masuk di akal anak-anak. Sebab, hubungan paling dekat di dunia mereka, telah retak dan mengenalkan mereka pada kegagalan. Rasa gelisah dan risau ini, merupakan akhir dari masa kanak-kanak buah hati Anda,” urai ketiga penulis tersebut di atas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com