Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertama Kali, Wanita Transjender Jadi Sampul "Harper's Bazaar"

Kompas.com - 30/09/2016, 17:09 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

Sumber The Cut

KOMPAS.com -- Ada yang menarik dari sampul terbaru Harper’s Bazaar India. Untuk pertama kalinya, seorang wanita transjender menjadi wajah majalah Harper’s Bazaar yang bertaraf internasional.

Wanita tersebut adalah Tracey Africa Norman, model transjender berkulit hitam pertama di dunia yang memulai kariernya di akhir 70-an hingga awal 80-an.

Norman pertama kali dilirik oleh fotografer terkemuka Irving Penn untuk pemotretan majalah Vogue Italia. Kariernya melesat dan dia menjadi model untuk majalah Essence dan terpampang di kotak Clairol, produk pewarna rambut.

Namun, sayangnya karier Norman yang baru seumur jagung terputus setelah ketahuan bahwa dia adalah seorang transjender.

Ternyata, kisah Norman yang dipublikasikan oleh The Cut tersebut menarik perhatian Art Director dan Executive Producer Christopher Sollinger.

Setelah membaca cerita Norman, Sollinger mendapat ide untuk membuat sebuah proyek pemotretan mengenai keragaman di dunia mode.

Diwawancari oleh The Cut, Sollinger mengatakan, kisah (Norman) sangat menyentuhku dan teman-temanku. Sejak membacanya, aku terus-terusan berpikir, apa yang bisa kulakukan untuk Tracey.

Sollinger pun menawarkan proyek tersebut kepada beberapa edisi Harper’s Bazaar sebelum diterima oleh Harper’s Bazaar India.

Di samping Norman, pemotretan ini juga melibatkan model transjender asal Filipina Geena Rocero, model muslim Hind Salli, aktris Belgia Hannelore Knuts yang berusia 38 tahun, supermodel Korea Sojoo Park, dan Tyra Banks.

Pada awalnya Banks menolak melakukan proyek ini. Namun, setelah mendengar cerita Norman, Banks menyetujui dan bahkan, terbang dengan uangnya sendiri ke New York.

Semenjak pemotretan tersebut, Sollinger selalu mengajak Tracey ke mana pun dia pergi dan mendudukan model transjender tersebut di barisan terdepan berbagai peragaan busana.

Sollinger bercerita bahwa ketika Norman melihat sampul tersebut untuk pertama kalinya, dia menangis.

“Karena itu adalah sesuatu yang seharusnya terjadi 30 tahun yang lalu. Dia adalah orang yang luar biasa,” ucap Sollinger.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber The Cut
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com