Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/03/2017, 17:04 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com -- Banyak korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang baru sadar ketika telah terjadi bertahun-tahun. Padahal, potensi pasangan untuk melakukan KDRT telah lama terlihat, bahkan sejak baru berpacaran.

Dr Baby Jim Aditya MPsi, Psikolog, seorang seksolog, hypnoterapis dan pelatih mental, aktivis AIDS, dan spesialis penjara mengungkapkan dua akar yang berpotensi KDRT:

1. Pemutusan kemampuan ekonomi

Peringatan pertama adalah ketika suami meminta istri untuk berhenti bekerja, apalagi bila keuangan keluarga sepenuhnya digenggam oleh suami.

“La kalau kepala lu sudah digadaikan, apa yang tidak bisa dilakukan oleh suami? Sedangkan Anda bayar pembantu Rp 1 juta saja sudah merasa memiliki hidupnya, minta dibikinin mi instan pada jam satu pagi,” ucapnya.

Dr Baby justru menyayangkan wanita-wanita yang senang dengan ketidakmandirian tersebut. Padahal, mereka jadi kehilangan hak dan harga dirinya.

“Orangtua dulu sering bilang, ‘Anak perempuan kalau sudah menikah itu tidak usah bekerja supaya bisa tanggung jawab pada suami’. Ya memang betul, tetapi kalau dikasih uang dan suami selingkuh atau ngata-ngatain, itu kan nggak bener,” katanya.

2. Membatas-batasi pertemanan

Anda wajib berhati-hati bila pasangan melarang untuk berteman dengan lawan jenis atau mengharuskan Anda lapor setiap kali keluar rumah.

Dr Baby bercerita bahwa pacar putranya pernah bertanya mengapa dia tidak dilarang-larang.

“Soalnya pacar aku selama ini begitu. Ke mana pun aku pergi harus lapor, perempuannya berapa, laki-lakinya berapa. Lalu, semua nama-nama di handphone aku harus diganti jadi nama perempuan,” ujar Dr Baby menirukan ucapan remaja perempuan itu.

Emang anak zaman sekarang nggak periksa handphone? Sangat. Menurut aku, itu sinting dan sangat abusive. Lalu, hubungannya juga nggak akan sehat, apalagi kalau dijadikan dasar untuk menuduh-nuduh,” ucapnya lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com