Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/03/2017, 16:07 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com -- Ketika menelusuri jejak peranakan di tekstil tanah air, tentu kita tidak bisa lepas dari batik pesisiran. Hal ini karena batik pesisiran hanya ditemukan di daerah pesisiran.

Notty J Mahdi dari Forum Kajian Antropologi Indonesia menjelaskan alasannya dalam acara Pengaruh Kebudayaan Peranakan pada Corak Hias Batik Pesisiran di Museum Tekstil, Selasa (21/3/2017).

“Mereka (kebudayaan peranakan) kan datang bersama Laksamana Cheng Ho ke Indonesia. Nah, pelabuhannya mereka ini besar sekali, dari Semarang sampai Tuban, jadi adanya hanya di pesisiran,” katanya.

Dia melanjutkan, karena pertama kan ombak lautnya tidak besar. Kalau mereka datang ke pantai selatan, lautnya jauh lebih besar. Lalu, kebetulan juga dari China daratan sendiri ke pulau Jawa jauh lebih dekat sehingga adanya cuma ada di pesisiran.

Menariknya, batik peranakan ini tidak pernah keluar dari pesisiran walaupun perdagangan dan pernikahan tentunya akan membawa motif-motif dan warna ke seluruh daerah di Indonesia bahkan mancanegara.

Menurut Notty, hal ini karena sentra-sentra batik pesisiran memang hanya di daerah pesisiran saja.

“Sebab, kalau sudah di Palembang ya namanya bukan batik pesisiran lagi. Kenapa namanya batik pesisiran itu karena adanya di pesisiran pantai utara,” ucapnya.

Selain itu, biasanya keluarga pembatik peranakan hanya menetap di daerah pesisiran dan kalaupun anaknya menikah dengan pembatik pedalaman seperti Solo dan membawa motifnya, dasarannya akan tetap mengikuti batik keraton seperti sogan dan parang.

Bila Anda ingin memlihat dan mempelajari lebih lanjut, Anda bisa menghadiri pameran Corak Hias Batik Pesisiran yang diadakan mulai tanggal 21 Maret hingga 9 April 2017 di Museum Tekstil.

Pengaruh Kebudayaan Peranakan pada Corak Hias Batik Pesisiran

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com