Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenali Tanda Kekerasan Seksual pada Anak

Kompas.com - 26/04/2008, 08:14 WIB

Maraknya pemberitaan mengenai kasus kekerasan seksual pada anak-anak adalah sebuah kisah horor bagi para orangtua. Dan yang paling sulit kita terima, kekerasan seksual pada anak kebanyakan justru dilakukan oleh orang-orang terdekat, yang otomatis sudah dikenal dan dipercaya, termasuk juga oleh guru agama!

Anak-anak mempunyai hak untuk dilindungi, tumbuh dan berkembang secara aman. Kekerasan seksual pada anak tak hanya menimbulkan luka fisik, tapi juga luka psikologis karena trauma. Luka psikologis inilah yang paling berat.

Sayangnya, tak mudah mengenali tanda-tanda kekerasan seksual pada buah hati kita. Selain karena menyimpan sendiri rahasia tersebut atau takut melapor, ada pula anak yang belum menyadari kalau perbuatan tersebut merupakan tindakan kekerasan seksual. 

Namun menurut Dewi Minangsari SP/Bac.Theol.Dip.Com, konselor yang juga pengisi acara talkshow di sebuah stasiun radio di Jakarta, ada beberapa tanda yang perlu dicurigai dan dipertimbangkan, jangan-jangan si kecil telah menjadi korban.

1. Tanda fisik
Pada balita: 

Si Kecil mengeluh sakit pada bagian kelamin, adanya memar pada alat kelamin atau mulut, iritasi kencing, serta penyakit kelamin.

Pada anak pra sekolah: 
Hiperaktif, keluhan somatik seperti sakit kepala terus-menerus, sakit perut, sembelit.

2. Tanda perilaku emosional
Pada balita:

Perubahan kelakuan yang tiba-tiba, takut pada orang tertentu atau tempat tertentu, gangguan tidur, perkembangan terhambat.

Pada anak pra sekolah:
Anak mengeluh sakit karena perlakuan seksual, masturbasi berlebihan, susah konsentrasi, menarik diri, sedih, lesu.

Jika tak yakin dengan tanda-tanda tersebut, Anda bisa mencoba mengorek cerita dari anak. Lakukan pendekatan dengan bahasa anak-anak, jangan memaksa karena anak akan menjadi takut dan merasa ia yang bersalah.

Percayalah pada apa yang dikatakan anak dan ambil tindakan yang diperlukan, misalnya dengan membawanya berkonsultasi ke psikolog sebelum kejadian tersebut berkembang menjadi peristiwa traumatis dan mengganggu perkembangan kepribadiannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com