Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berbuka Puasa dengan Pindang Tetel

Kompas.com - 28/08/2009, 13:59 WIB

Aroma harum khas rempah-rempah menguar dari semangkok sayur berkuah hitam. Taburan kerupuk merah dan kuning memperindah penampilan makanan tersebut. Aroma khas itu berasal dari pindang tetel, hidangan khas Pekalongan.

Pindang tetel adalah sayur berkuah berisi tetelan daging sapi dan irisan daun bawang dengan bumbu pindang, yaitu rempah-rempah bercampur kluwak.

Salah satu penjual pindang tetel di Kota Pekalongan adalah Sugiyanto (49) atau biasa dipanggil Yanto. Yanto berjualan masakan itu dengan gerobak besar dan tenda di Jalan Kurinci, sisi timur kawasan Alun-alun Mataram Kota Pekalongan.

Menurut Yanto, pindang tetel adalah sajian khas masyarakat Kabupaten Pekalongan bagian selatan, seperti di Kecamatan Kedungwuni, Karanganyar, dan Wonopringgo.

Biasanya, masakan tersebut muncul dalam acara-acara resmi, seperti sunatan dan pernikahan. Kini, pindang tetel banyak dijual di Kota Pekalongan dan menjadi salah satu masakan khas di sana.

Yanto berasal dari Desa Kauman, Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan. Dia berjualan pindang tetel di kawasan tersebut sejak tujuh tahun lalu.

"Sebelumnya saya berjualan secara berkeliling," ujar Yanto.

Dia belajar mengolah masakan itu dari mendiang ayahnya, Yatin, yang juga berjualan pindang tetel. Menurut dia, agar masakan terasa mantap dan sedap, ramuan bumbu harus berjumlah 24 macam, termasuk kluwak. Kluwak dipakai untuk menghitamkan kuah masakan. "Kalau tidak 24, bukan pindang tetel murni," ujarnya.

Ciri khas lain pindang tetel adalah kehadiran kerupuk merah dan kuning yang digoreng dengan pasir. Pindang tetel tidak cocok berpadu dengan kerupuk yang digoreng dengan minyak karena akan merusak cita rasanya.

Yanto bukan satu-satunya penjual pindang tetel di Kota Pekalongan. Namun, selain lezat, warung gerobaknya memungkinkan pengunjung menikmati suasana santai di kawasan alun-alun.

Tempat berjualan ayah dua anak itu juga bersih dan lapang. Selama Ramadhan, warga senang ngabuburit atau menunggu bedug maghrib di kawasan alun-alun. Kemudian mereka menikmati pindang tetel Pak Yanto yang tersaji panas. Rasa segar, gurih, dan sedikit pedas memberikan semangat baru setelah satu hari menahan lapar.

Harga pindang tetel Pak Yanto sangat terjangkau, Rp 5.000 per mangkok. Biasanya, pindang tetel enak dinikmati dengan lontong dan sambal kecap. "Harga menu komplit termasuk es teh Rp 7.000 per porsi," katanya.

Yanto biasa berjualan pukul 09.00-19.00, tetapi saat Ramadhan pukul 16.00-24.00. Dia berjualan dibantu istrinya, Sri Utari (45) dan anaknya, Wiwin (27) yang berjualan es buah. (WIE)  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com