Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahaya Mengintip Si Perut Buncit

Kompas.com - 23/10/2009, 10:13 WIB

KOMPAS.com - Bagi perempuan, kondisi perut membuncit merupakan tanda adanya bahaya kesehatan. Di antaranya:

Kanker ovarium. Kanker ovarium menjadi penyebab kematian terbanyak dari semua jenis kanker ginekologi. Kepala studi ini, Dr Michael L Leitzman dari Lembaga Kanker Nasional Amerika Serikat (AS) di Bethesda, Maryland, dan Universitas Regensburg di Jerman, mengatakan bahwa perempuan yang mengalami obesitas memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terserang kanker ovarium. Memang belum jelas mengapa obesitas memiliki kontribusi terhadap kanker ovarium. Kemungkinan hal ini berkaitan dengan efek lemak tubuh yang berlebihan terhadap kadar estrogen dalam tubuh seorang perempuan. Ini pun kerap dapat membuat siklus menstruasi tidak teratur, tambahnya.

Kanker rahim. Selain itu, studi itu mencakup lebih dari 28.000 kasus kanker di Amerika Utara, Eropa, Australia, serta Asia. Kelebihan berat badan, hingga di atas 13 kg dari berat badan normal, pada kalangan perempuan ternyata meningkatkan risiko kanker pada rahim dan kandung kemih hingga 60 persen.

Kanker payudara. Pada penduduk Asia, terhadap kaitan lebih erat antara pertambahan indeks massa tubuh (IMT), dengan risiko serangan kanker payudara.

Kepikunan. Menurut hasil penelitian terbaru yang dimuat dalam jurnal kesehatan Neurology, para pemilik perut buncit dan berlemak lebih, ternyata berisiko mengalami kepikunan di usia tuanya. Menurut Dr Jose Luchsinger dari Columbia University Medical Center, New York, AS, yang meneliti kaitan antara perut buncit dan kepikunan, hasil studi semacam itu belum bisa dijadikan bukti lemak di perut menyebabkan kepikunan di masa datang. Namun, ia menduga kadar insulin yang dimiliki orang berperut buncit memiliki peranan terhadap terjadinya demensia.

Penyakit jantung. Menurut hasil penelitian yang diuraikan dalam simposium American Heart Association (Asosiasi Jantung Amerika), menyebutkan bahwa lingkar pinggang berukuran besar merupakan indikasi risiko tinggi serangan jantung atau penyakit serius lainnya. Hal ini harus diperhatikan.

Sesak nafas. Penimbunan lemak yang berlebihan di bawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru. Hal ini menimbulkan gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan juga bisa terjadi pada saat tidur, dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderitanya sering merasa mengantuk.

Ortopedik. Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut, dan pergelangan kaki).

(Aryani/CHIC)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com