Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Repot Disinggahi Imigran Ilegal

Kompas.com - 23/11/2009, 06:40 WIB
Oleh C Anto Saptowalyono

KOMPAS.com - Hanya dalam rentang waktu yang relatif singkat, Oktober dan November, serombongan imigran dari dua negara, Sri Lanka dan Afganistan, terdeteksi dan selanjutnya ditangkap aparat keamanan Republik Indonesia karena memasuki wilayah Indonesia di Provinsi Banten.

Sebagai daerah yang bersentuhan dengan Selat Sunda, notabene merupakan alur laut kepulauan Indonesia yang acap dilewati kapal berbendera internasional, Banten berpotensi dilewati arus imigran. Alhasil, di peta pemberitaan, Banten pun menjadi wilayah yang kerap terwartakan dimasuki imigran.

Sebut, misalnya, kejadian pada 11 Oktober lalu ketika 255 imigran asal Sri Lanka ditangkap di perairan Selat Sunda saat kapal kayu kargo pengangkut barang yang mereka tumpangi sedang dalam pelayaran menuju Pulau Christmas, Australia.

Berselang 34 hari kemudian, Minggu (15/11) subuh, sebanyak 40 imigran asal Afganistan juga ditangkap polisi di daerah Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. Bahkan, sebagian imigran sudah mendarat dan menginap di sebuah vila di Labuan ketika ditangkap. Sebagian lainnya ditangkap ketika mereka sedang menggunakan sampan hendak menuju ke kapal yang mengapung di dermaga kecil di belakang vila tersebut.

Dalam perjalanan pemeriksaan, polisi pun menetapkan tiga tersangka yang diduga terlibat sebagai penyelundup. Adapun penanganan para imigran diserahkan kepada pihak imigrasi dan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).

Di balik layar, banyak kerepotan yang harus dilakukan untuk mengurus imigran tersebut. Sebut saja, membujuk imigran Sri Lanka merapat ke pelabuhan bongkar muat Indah Kiat di Cilegon pun bukan masalah mudah. Negosiasinya memakan waktu beberapa hari.

Bahkan, hingga menyentuh hitungan satu bulan pun sebagian besar imigran tersebut masih tetap memilih bertahan di kapal kayu. Informasi yang dihimpun, resistensi imigran ini antara lain dilandasi ketakutan mereka apabila nantinya dikembalikan ke negara asal. Niat mencari kehidupan yang, menurut mereka, lebih aman dan baik di negara lain, Australia, mengantarkan mereka terkatung-katung di samudra meninggalkan negeri kelahiran mereka.

Jadilah kemudian petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Banten harus rela naik turun kapal kayu untuk mengecek kesehatan imigran dan mengobati mereka ketika ada yang sakit. Kalau dibandingkan dengan masih banyaknya anak negeri yang kesehatannya tidak terpantau, tentu kerja petugas kesehatan ini jadi ironi.

”Kalau mereka mau ke darat, tentu akan lebih mudah melayani mereka,” kata Kepala Seksi Usaha Kesehatan dan Lintas Wilayah KKP Banten Erwin Hilianka.

Itikad baik Pemerintah Indonesia ini jelas disambut baik imigran Sri Lanka. Alex, juru bicara imigran Sri Lanka, memuji Pemerintah Indonesia dan TNI Angkatan Laut yang memperlakukan mereka dengan baik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com