Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis Sulaman Tas Tangan

Kompas.com - 10/03/2010, 12:52 WIB

KOMPAS.com - Endang Rachminingsih menekuni sulam tangan sejak tahun 2005. Berkat kesabaran dan komitmennya terhadap sulaman, kini ia dipercaya mengisi butik dan toko suvenir di Istana Negara Republik Indonesia. Tak hanya itu, hasil-hasil sulamannya kini telah melanglang buana hingga ke luar negeri.

Kompas Female mendatangi rumah wanita kelahiran Bogor, 50 tahun silam itu di bilangan Meruya Selatan. Pada salah satu bagian dari rumah wanita empat anak itu dipenuhi dengan koleksi hasil kerajinan tangannya, sulaman tangan, dan sulaman mesin (bordir).

Hasil sulamannya itu ia terapkan menjadi tas tangan nan cantik, kotak tisu, kipas, hiasan dinding, hingga dompet. Endang, begitu ia akrab disapa, mengaku kalau memulai usaha sulam ini awalnya hanya untuk mengisi kekosongan setelah sang suami meninggal tahun 2004 silam.

Saat itu Endang tidak memiliki kesibukan apapun. Idenya timbul setelah membongkar koleksi buku yang dihadiahi oleh almarhum suaminya saat berdinas ke luar negeri. Buku-buku itu rata-rata adalah buku sulaman dan buku keterampilan.

Berbekal dengan keteguhan dan kesungguhan niat, Endang mempelajari sulaman tangan secara otodidak. ''Saya belajar dari nol. Saat itu saya hanya tahu hanya dua dasar teknik menyulam, yaitu tusuk batang dan rantai,'' ujar wanita yang besar di Madiun ini.

Satu bulan lamanya ia mempelajari teknik menyulam dan aplikasinya lewat buku-buku tersebut. Akhirnya ia bisa menguasai teknik-teknik dasarnya. Sembari belajar, ia juga melatih kemampuannya dengan memberikan kursus gratis pada anak-anak SLB di bilangan Meruya.

Saat itu sulaman yang dibuat diterapkan menjadi tas yang amat sederhana. ''Hasil sulaman anak-anak SLB saya potong dan jadikan tas yang sederhana sekali,'' kenang peraih sejumlah penghargaan UKM (Usaha Kecil Menengah) itu.

Tanpa disangka, ternyata hasil tas sederhana yang ia buat laku. Setelah itu ia mulai serius menekuni sulaman. Endang bekerja sama dengan dua orang penjahit untuk membuat sulamannya menjadi tas-tas cantik.

Ia tidak merasa kesulitan untuk mencari model untuk tas-tas pesanannya. Selain mencontoh dari buku-buku, Endang juga memiliki skill merangkai bunga yang ia pelajari dari Mayasari, sebuah perkumpulan merangkai bunga pimpinan Ir Suliantoro di Yogyakarta.

''Menyulam itu sama dengan merangkai bunga. Bedanya, menyulam menggunakan benang sedangkan merangkai menggunakan bunga segar. Secara teknik, sama,'' imbuhnya. Lewat keterampilan merangkai bunga itu ia memilih gradasi warna, motif, dan rangkaian sesuai dengan imajinasi dan pengalamannya dahulu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com