Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Andalkan Hidung untuk Menguruskan Badan!

Kompas.com - 05/04/2010, 07:59 WIB

KOMPAS.com — Sebuah penelitian terbaru memberitahu kepada kita untuk tidak hanya mengandalkan takaran bila ingin menurunkan bobot tubuh. Sebab, ternyata hidung kita juga memegang peranan penting untuk menggerakkan tangan memasukkan makanan ke dalam mulut.

Siapa yang tidak familier dengan aroma masakan yang bisa mengundang liur kita untuk segera menyantap makanan? Dan, ternyata hasrat untuk menyantap makanan itu terjadi karena aroma makanan menelusup masuk ke area otak serta mengaktifkan rasa lapar kita.

Fakta terbarunya adalah, bukan hanya rasa lapar yang diaktifkan oleh aroma, melainkan juga rasa kenyang. Artinya, bagi kita yang tengah berjuang menurunkan berat badan, perlu tahu aroma-aroma apa saja yang membuat kita kenyang lebih lama.

Sebenarnya siklus aroma dan keinginan untuk makan terjadi pada saat kita mengunyah makanan. Aroma yang dikeluarkan oleh makanan akan masuk ke hidung melalui lubang yang ada di dalam mulut. Dari sinilah sensasi rasa lapar dirangsang oleh aroma yang masuk ke hidung, ucap Rianne Ruijschop dari NIZO Food Research di Belanda yang melakukan penelitian bersama timnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, ada aroma-aroma tertentu yang bisa membuat kita merasa kenyang.

Makanan padat yang harus dikunyah ternyata mengeluarkan aroma yang mengenyangkan ketimbang makanan cair. Saat aroma-aroma yang hanya mengandung lemak, karbohidrat, atau protein diuji, ternyata aroma karbohidrat serta protein lebih signifikan memberikan sensasi rasa kenyang. Ruijschop berasumsi karena keduanya masuk dalam makanan yang tinggi energi. Sedangkan aroma yang kompleks, yang terdiri atas beberapa komponen, memberikan reaksi otak untuk menikmati lebih banyak makanan.

Berdasarkan fakta inilah, Ruijschop melakukan pengamatan mendalam dengan menciptakan aroma makanan padat yang ternyata secara signifikan membantu aktivasi tombol kenyang di dalam otak. Selain yang beraroma makanan padat, aroma yang kompleks juga memberikan efek yang sama karena dipersepsikan oleh otak sebagai makanan sumber energi.

Itu mengapa Ruijschop dan timnya meyakini bahwa penelitian ini dapat berkontribusi pada penanganan obesitas di seluruh dunia. Estimasi yang dimilikinya, jika treatment ini dilakukan setidaknya 10 persen diharapkan angka obesitas akan menurun.

“Tapi sama seperti program penurunan berat badan lainnya, kita tidak bisa hanya mengatasinya dengan memberikan mereka aroma-aroma mengenyangkan. Mereka tetap harus mengubah gaya hidupnya untuk kualitas hidup yang lebih optimal,” ucap Ruijschop, seperti dikutip dalam Journal of Agricultural and Food Chemistry.

(Siagian Priska/Prevention Indonesia)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com