Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Kartini Perlu Dilanjutkan

Kompas.com - 21/04/2010, 13:45 WIB

KOMPAS.com - Perempuan Pembela HAM, Shinta Nuriyah Wahid, menegaskan bahwa perjuangan Kartini perlu dilanjutkan. Terutama dalam memperjuangkan hak perempuan dan kesetaraan gender.

Meski peran perempuan semakin besar, namun diakui oleh istri mendiang mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini bahwa aktivisme perempuan dalam berbagai organisasi atau LSM belum menunjukkan kesatuan sikap yang kuat. Bagaimanapun, perjuangan Kartini untuk memberdayakan kaum perempuan perlu dilanjutkan.

Memaknai perjuangan Kartini, Shinta mengutarakan sikapnya untuk konsisten menerobos jalur pesantren. Terutama terkait dengan pemahaman yang lebih adil untuk hak perempuan.

"Banyak pemahaman yang bias gender dalam pesantren. Pemahaman yang masih sangat tekstual. Karenanya perlu senjata untuk terus menerobos pesantren dengan reinterpretasi kitab yang bias gender, dengan memberikan pemahaman yang lebih kontekstual," papar Shinta kepada Kompas Female, usai peluncuran Pundi Kesehatan untuk perempuan pembela HAM di kediamannya di Ciganjur, Jakarta, Selasa (20/4/2010) lalu.

Pergerakan reinterpretasi kitab yang bias gender menjadi fokus aktivisme Shinta sejak 1996. Sejumlah organisasi dibangunnya untuk menguatkan gerakannya dalam memberdayakan perempuan berbasis pesantren. Puan Amal Hayati salah satunya, yakni organisasi yang menjadikan pesantren sebagai pusat pemberdayaan perempuan.

Pesantren, menurutnya, menjadi wadah yang lebih efektif, dengan para kyai dan ustadz yang memiliki pengaruh untuk menyampaikan pesan dalam setiap kesempatan. Termasuk pesan menyangkut berbagai permasalahan ketidakadilan untuk kaum perempuan.

"Dengan pemahaman yang lebih adil dan setara untuk perempuan, para kyai, ustadz ini bisa menyampaikan pesan kepada masyarakat. Apa kata kyai akan diikuti, dan ini pengaruhnya sangat besar," tandas Shinta yang menyebutkan reinterpretasi kitab melibatkan berbagai pakar dari multidisplin, termasuk gender dan antropologi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com