Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bantuan Kesehatan untuk Perempuan Pembela HAM

Kompas.com - 21/04/2010, 17:24 WIB

KOMPAS.com - Banyak perempuan yang memilih mendedikasikan waktu dan perhatiannya untuk membela hak asasi manusia, terutama terhadap perempuan yang seringkali mengalami ketidakadilan. Semangatnya, agar setiap orang, lelaki maupun perempuan, dapat menikmati hak-haknya sebagai manusia dan warga negara 

Para perempuan pembela HAM (PPHAM) ini tergerak menggiatkan berbagai program atau organisasi untuk memperjuangkan HAM, dan membangun solidaritas terhadap perempuan. Alasannya beragam, bisa karena pengalaman pribadi sebagai korban kekerasan atau pelanggaran HAM, terinspirasi orang lain di sekitarnya, atau terpanggil bergerak karena profesinya seperti rohaniawan.

Berbagai sebutan disematkan kepada PPHAM seperti aktivis, relawan, pekerja kemanusiaan, pekerja sosial, pekerja HAM, community organizer, pendamping perempuan korban kekerasan, atau apapun namanya.

Djuju Zubaidah adalah salah satunya. Aktivitasnya sebagai penggagas Puan Amal Hayati di Cipasung, Tasikmalaya, menjadikan perempuan berusia 60 tahun ini sebagai inspirator yang membangkitkan solidaritas kaum perempuan. Kawan masa kuliah dari Shinta Nuriyah Wahid ini membangun pusat layanan krisis atas kekerasan terhadap perempuan berbasis pesantren.

Perjuangan Djuju dalam kesehariannya menjadi refleksi sekaligus motivator yang ditunjukkan melalui sikap dan perilaku. Perannya sebagai orangtua tunggal dijalankan bersamaan dengan mendampingi kaum ibu dalam pengajian Majelis Taklim untuk mengatasi berbagai persoalan ketidakadilan terhadap perempuan. 

Tak hanya itu, perjuangan dalam dirinya juga tak menyurutkan aktivitas pensiunan guru dan dosen ini. Kanker payudara menggerogoti kesehatan Djuju sejak 10 tahun lalu. Kini kondisinya sudah lebih baik, namun masih membutuhkan terapi untuk mengoptimalkan kesehatannya.

Tak sedikit biaya yang dikeluarkan untuk perawatan kesehatan penderita kanker payudara. Asuransi kesehatan yang dimilikinya tidak menanggung biaya tersebut. Hak Djuju atas kesehatan, sebagai warga negara, dan perempuan yang berperan penting untuk kemanusiaan tak terpenuhi.

Pundi Kesehatan, inisiasi dari Komnas Perempuan dan YSIK (Yayasan Sosial Indonesia untuk Kemanusiaan) dengan dukungan Yayasan Rahima dan Shinta Nuriyah Wahid, menjadi bentuk solidaritas untuk kesehatan PPHAM.

Memperingati perjuangan Kartini, sekaligus sebagai penghormatan dan kepedulian atas perjuangan Djuju, YSIK selaku pengelola dana Pundi Kesehatan, secara simbolik menyerahkan bantuan dana untuk perawatan kanker payudara Djuju di kediaman mendiang Gus Dur, Ciganjur, Selasa (20/4/2010) lalu.  

Shinta, mewakili solidaritas kaum perempuan, memberikan bantuan kepada Ikhsan, putra pertama Djuju Zubaidah. Selembar surat pun dititipkan Djuju untuk disampaikan kepada Shinta.

"Ini bentuk terima kasih atas kepedulian kaum perempuan," kata Shinta kepada Kompas Female, sambil memegang surat dalam pangkuannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com