Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondom Perempuan Pencegah Perkosaan Tuai Kontroversi

Kompas.com - 21/06/2010, 13:36 WIB

KOMPAS.com — Dokter Sonnet Ehlers, seorang dokter di Afrika Selatan, menciptakan kondom Rape-Axe, yakni kondom wanita yang bisa "mengigit" untuk mencegah perkosaan dan penyebaran HIV/AIDS lewat kontak cairan dari alat kelamin. Namun, beberapa pihak mengatakan, hal ini merupakan tindakan "perbudakan".

Dikutip dari CNN, seorang pekerja di Centers for Disease Control and Prevention, Victoria Kajja, mengatakan bahwa kondom wanita dengan pengait ini bukanlah solusi jangka panjang dan membuat wanita makin rentan terhadap kekerasan dari pria-pria yang terkena alat ini. Penggunaan kondom tersebut juga bisa dianggap tindakan "perbudakan". Yang ia maksud dengan perbudakan adalah tindakan mengenakan kondom sebagai antisipasi dari penyerangan merepresentasikan perbudakan, yang menurutnya bukanlah hal yang seharusnya dirasakan oleh wanita mana pun.

Menurut Kajja, hadirnya alat yang diberi nama Rape-aXe ini saja sudah mengingatkan perempuan akan kerentanan diri. ia tak hanya akan membuat wanita menyalahartikan keamanan, tapi juga trauma psikologi. Alat ini pun, menurutnya, tidak akan membantu masalah psikologis yang datang setelah serangan terjadi. Keuntungannya hanya satu, yakni adanya kemungkinan terhadap penegakan keadilan setelah pemerkosaan terjadi.

Dikabarkan oleh CNN, belum ada komentar dari organisasi kemanusiaan di Afrika mengenai hadirnya alat semacam ini, termasuk dari Human Rights Watch and Care International.

Alat ini diciptakan karena tingginya angka pemerkosaan perempuan di Afrika Selatan. Konon, wanita-wanita yang tersakiti tersebut tidak langsung mendapatkan akses untuk perawatan medis. Sementara itu, biaya terhadap tes DNA yang diperlukan untuk memeriksa bukti pun terlalu tinggi.

Menurut Ehlers, para wanita di Afrika Selatan mencoba berbagai cara untuk mencegah terjadinya pemerkosaan. Langkah itu mulai dari mengenakan celana pendek untuk olahraga sepeda yang sangat ketat hingga menyelipkan silet di bagian kemaluannya. Namun, cara terakhir ini tidak diterangkan lebih jauh.

Ada sebagian orang yang mengkritik bahwa Rape-aXe ini mirip alat pada abad pertengahan untuk mencegah pemerkosaan. Hal ini dijawab Ehlers, "Ya, alat ini mungkin seperti alat zaman dulu. Namun, ini adalah alat untuk mencegah perbuatan yang sudah ada sejak zaman dulu. Saya percaya, kita harus melakukan sesuatu, dan alat ini akan membuat pria berpikir kembali sebelum menyerang seorang perempuan."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com