Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Produk "Hijau" Inisiatif WWF

Kompas.com - 31/07/2010, 17:26 WIB

KOMPAS.com - Beberapa bulan ke depan WWF Indonesia akan menyebarkan kampanye Green and Fair Products, program pemberdayaan petani lokal yang merupakan inisiatif dari LSM yang fokus pada konservasi alam.

"Konsep green lebih kepada bagaimana kontribusi nyata dari olahan dan penjualan produk kepada alam. Artinya bahan baku diambil secara lestari tidak merusak konservasi alam, justru ada penanaman kembali dari varietas dan tumbuhan lokal. Selain itu green juga berarti menjaga proses produksi yang bersih dan higienis. Termasuk juga uji laboratorium terhadap varietas tertentu untuk memastikan produk sehat dan higienis dan masuk kategori healthy food," papar Cristina Eghenter, PhD, Community Empowerment Coordinator WWF Indonesia, kepada Kompas Female usai peluncuran kampanye Green and Fair Products di Balai Sarwono, Kemang, Jakarta, Kamis (29/7/2010) lalu.

Sedangkan, produk yang berkeadilan (fair products) maknanya, tambah Cristina, lebih kepada aspek sosial ekonomi dari nilai pasar suatu produk. Memangkas distribusi adalah fokus utamanya. Artinya, rangkaian perdagangan yang panjang diminimalisasi agar nilai awal produk tak lagi rendah untuk petani lokal. Membeli produk alam langsung dari petani akan mensejahterakan produsen lokal. Jikapun tidak bisa, jalur distribusi sebisa mungkin hanya melalui satu tangan saja.

Berikut delapan Green and Fair Products rekomendasi WWF Indonesia:

Minyak Kayu Putih Walabi, Taman Nasional Wasur, Papua

Produk ini merepresentasikan pelestarian pohon kayu putih jenis Asteromyrtus symphyocarpa dan Melaleuca sp. Pohon kayu putih jenis ini tumbuh di sekitar kawasan Taman Nasional Wasur Papua.

Masyarakat Kanume suku Marind, penduduk lokal kawasan konservasi ini, memproduksi minyak kayu putih dari sumber alam ini. Manfaat konservasinya, masyarakat turut mengelola pelestarian hutan. Aktivitas mereka memproduksi minyak kayu putih mengurangi perburuan rusa, kasuari, dan kanguru di kawasan Wasur. Produksi hasil alam lokal ini juga melibatkan kelompok ibu di sekitar Taman Nasional.

Info produk: Yayasan Wasur Lestari (0971-325408)

Madu Hutan Gunung Mutis, Cagar Alam Gunung Mutis, Pulai Timot, NTT

Madu lokal dari kawasan timur ini hasil dari lebah jenis Apis dorsata yang habitatnya berada di kawasan cagar alam. Madu ini dipanen oleh 176 keluarga dalam 10 kelompok tani.

Petani lokal mengubah sistem pemanenan dengan sistem tiris dan bukan peras, sehingga lebih higienis. Aspek sanitasi peralatan panen juga mulai diperhatikan sejak mendapat pendampingan WWF. Teknik panen tanpa peras ini menghasilkan madu organik dengan kadar air 21 persen dan mengandung enzim diastase positif yang baik untuk kesehatan.

Info produk: Jaringan Kelompok Masyarakat Mutis-Babnai, Kecamatan Fatumnasi, Timor Tengah Selatan, NTT.

Beras Adan Tana Nam, Krayan, Dataran Tinggi Borneo, Kalimantan Timur

Padi adan putih, hitam, dan merah berasal dari persawahan masyarakat di kawasan dataran tinggi Borneo. Beras organik ini semakin banyak mendapat permintaan konsumen. Alhasil, kelompok petani di Krayan Selatan membentuk Koperasi Serba Usaha Tana Tam Krayan Hulu (KSU-TTKH) agar bisa memenuhi peningkatan pesanan ini.

Beras adan ini menyehatkan dengan kandungan vitamin B2 pada varietas beras adan merah. Sedangkan beras adan hitam mengandung mineral ferum, posphorus, calcium, dengan kadar protein sangat tinggi dan kandungan lemak yang sedikit.

Info produk: Koperasi Tana Tam Krayan Selatan, Long Layu, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur

Teh Lidah Buaya, Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah

Teh herbal lidah buaya merupakan produk alam hasil budidaya tanaman aloe vera oleh petani di kawasan Sebangau. Petani dan kelompok perempuan di sekitar kawasan taman nasional, mengembangkan usaha produk lidah buaya sebagai sumber pendapatan sekaligus mengurangi ketergantungan mereka kepada sumber daya alam di kawasan konservasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com