Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Edward Hutabarat: Batik Bukan Sembarang Kain!

Kompas.com - 02/10/2010, 11:50 WIB

KOMPAS.com - Setahun lalu batik Indonesia diakui oleh UNESCO sebagai Budaya Tak Benda Warisan Manusia. Hal itu kemudian ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Hari Batik Nasional. Dalam acara peluncuran Attack Batik Cleaner dari PT KAO, yang juga membiayai perjalanannya ke kota-kota batik, desainer yang sudah bergelut dengan batik sejak lama, Edward Hutabarat bercerita mengenai batik kepada Kompas Female.

Menurut Edward, sejak dikukuhkan oleh PBB sebagai warisan tak benda dari Indonesia, batik mengalami kemajuan yang pesat dan baik. Hingga kini, batik sudah menjadi bagian sehari-hari. Bisa terlihat, sudah muncul sentra-sentra batik di kota besar, diharuskannya pemakaian batik di hari tertentu oleh instansi tertentu, dan bahkan menjadi aksesori sehari-hari. Menurut Edward, dengan sudah makin terbiasanya masyarakat akan batik, sekarang saatnya batik dipertahankan dan dilihat sebagai sesuatu yang berbeda. Batik patut dipertahankan dan digunakan untuk mengangkat sesuatu yang lainnya, yakni bagian backstage-nya.

"Batik tidak menghidupi saya dari segi bisnis. Tetapi dari segi kenikmatan hidup, batik memberikan saya spirit. Untuk saya, uang tak akan pernah cukup. Jadi, kalau Anda ke kota batik, jangan berpikir bisnis dulu, kalau seperti itu, berarti juragan. Tolong dicatat, saya bukan juragan batik yang mengaku pembatik. Saya hanya bagian dari batik," papar Edward usai konferensi pers yang berlangsung di Museum Nasional, Jumat (1/10/2010).

"Batik itu harus dilihat dari sejarahnya. Jangan hanya mengenal fisik atau jadinya saja. Karena hanya bisa mengetahui apa jenis dan motifnya saja tidak cukup. Tidak cukup untuk menghargai karya seni hanya dengan melihat hasil jadinya. Anda harus tahu cara pembuatannya, harus tahu backstage-nya. Harus mengerti mengapa motifnya seperti itu," ujar Edward berapi-api.

"Kini, batik sudah makin dikenal, sudah makin menjadi bagian sehari-hari. Sudah bukan lagi kita cuma tahu batik sebagai bagian warisan negara. Tetapi kita harus mulai membangun orang-orang yang ada di balik layarnya. Apalagi para perajin batik di kota-kota batik," jelas pria yang sering disapa Edo ini.

Menurutnya, seharusnya kita sudah mulai mengenal batik hingga ke akarnya. Untuk memahami arti dari motif-motif yang tergambar dalam batik itu sendiri. Misal, batik Madura yang warna-warni, yang memiliki gambar sapi, karena ada budaya karapan sapinya di sana, ada pula matahari terbenam di Madura yang cantik, kulinernya, dan lain-lainnya. Atau Batik Cirebonan yang inspirasi si pembatik datang dari kulturnya, dari Tari Topeng yang penuh mistis dan eksotis, dari wayang kulitnya, wayang golek, atau nikmat kulinernya, seperti nasi Jamblang, cantik alamnya, kuatnya wanita pekerja di daerah sana, dan lain sebagainya.

"Batik itu bukan dilukis, tetapi dibuat dengan hati. Batik itu pada zaman dulu, saking menggugahnya, akhirnya masuk ke keraton, kemudian dikenakan dalam acara-acara bermakna, seperti pernikahan, nujuhbulanan, kelahiran, dan sebagainya, hal-hal semacam ini yang penting untuk dimengerti. Tak ada maknanya jika Anda hanya memiliki tetapi tidak mengerti isinya," ujar Edo.

"Batik bukan cuma sembarang kain! Jadi, saat batik itu diberi harga mahal, jangan marah. Cobalah untuk mengerti kulturnya, latar belakangnya, cara pembuatannya. Lalu mengerti mengapa kain batik itu punya makna lebih dan menjadi mahal. Untuk mengerti kultur, kita pun harus smart, kita harus membuka mata, datanglah ke kota-kota itu, berbicaralah dengan masyarakat sana, dan ketahui negerimu sendiri. Ini baru batik, ya, belum lagi kain tenunan Indonesia yang sangat banyak," pungkas pria pemilik label Part One ini.

Supaya batik tidak hilang, Edo menekankan pentingnya untuk menaruh perhatian pada kota-kota penghasil batik, "Supaya batik tidak pudar, kita harus aware. Kita harus mulai mempromosikan kota-kota batik. Dari kulinernya, agamanya, kulturnya, budayanya, kecantikan alamnya, dan lain-lainnya yang merupakan inspirasi dari motif-motif batik tersebut. Dengan begini, kita akan menunjang kehidupan ekonomi mereka, turisme mereka, dan membantu batik tetap hidup lebih lama."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com